Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar dalam acara Musabaqoh Kitab Kuning DPP PKB di Jakarta, Kamis (29/11). (AKTUAL/ ISTIMEWA)

Jakarta, Aktual.com – Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun depan, simbol agama menjadi salah satu hal yang menonjol dalam kehidupan masyarakat.

Hal ini dikemukakan oleh Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin di Jakarta, Kamis (29/11).

Menurutnya, simbol agama adalah hal yang paling mudah untuk menyambung psikologi massa sekaligus menyambung praktik keagamaan sehari-hari.

“Maka orang berbondong-bondong menjadi gus, gus sugi tidak tahu siapa, kemudian ada gus milenial, tiba-tiba ada kiai baru tanpa ilmu agama yang dalam,” ujar Cak Imin usai memberikan sambutan dalam acara musabaqah kitab kuning di DPP PKB, Jakarta.

Dengan adanya fenomena tersebut, Cak Imin menghimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti kiai dan ulama. Menurutnya, tidak semua ulama memiliki ilmu yang mumpuni dalam berdakwah.

“Kalau kedalaman ilmunya pas-pasan itu bahaya. Orang menyalahkan orang lain, dan seterusnya,” tandasnya.

Ia menambahkan, banyak ceramah-ceramah agama yang berkonotasi mendorong kekerasan dan permusuhan. Cak Imin pun menyebut sosok Habib Bahar sebagai contoh nyata dalam hal ini.

Sebagaimana diketahui, Habib Bahar baru-baru ini telah menghina Presiden Joko Widodo dan baru saja dilaporkan ke polisi atas tindakannya.

“Ya kayak model-model gitu tuh ingin populer, kedua memang pengalaman emosinya belum stabil sehingga tidak layak diikuti, masyarakat atau publik harus pintar memilih habib ulama yang benar ilmunya,” tandasnya.

Lebih lanjut, Cak Imin pun menyebut ghirah dalam masyarakat belakangan ini. Ia mengatakan bahwa ghirah keagamaan masyarakat tidak hanya muncul di masjid, pesantren atau ditempat-tempat biasa.

Ghirah kegamaan mengalami perubahan yang sangat luar biasa dan muncul pada setiap lini kehidupan.

“Jadi bagi orang NU dan pesantren, ghirah keagamaan itu biasa. Tapi sekarang di sosial media sungguh luar biasa,” ujar mantan Menakertrans itu.

Baginya, pesatnya perrkembanga teknologi informasi telah banyak mempengaruhi berbagai dimensi masyarakat. Mulai dari ghirah keagamaan hingga aktifitas sehari-hari masyarakat.

“Mal-mal udah mulai tutup karena sudah banyak lewat online. Penyajiannya cepat, pelayanannya memuaskan. Semua sedang berubah. Sekarang warung juga dah sepi, orang lebih menggunakan gojek untuk makan. Sehingga produk apa yang tepat, perilaku pasar sering mengalami perubahan,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Cak Imin menghimbau kepada peserta Musabaqah Kutab Kuning ini untuk tetap mengikuti proses perubahan ini dengan karakter yang tepat dan mampu menghadapi perubahan.

“Karena kita punya kaidah yang senantiasa kontekstual. Hari ini umat islam di Indonesia juga masih perlu untuk dipacu. Karena Indonesia sebagai pemeluk agama islam terbesar adalah wajah baru islam rahmatan lil alamin,” ungkap Cak Imin

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan