Menteri BUMN Rini M. Soemarno (keempat dari kiri) didampingi oleh Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga (ketiga dari kiri) dan Komisaris Utama Telkom Hendri Saparini (ketiga dari kanan) saat penyerahan bantuan kebutuhan pokok kepada perwakilan masyarakat Badui di Alun-alun Kota Serang, Banten, Minggu (13/8).
Menteri BUMN Rini M. Soemarno (keempat dari kiri) didampingi oleh Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga (ketiga dari kiri) dan Komisaris Utama Telkom Hendri Saparini (ketiga dari kanan) saat penyerahan bantuan kebutuhan pokok kepada perwakilan masyarakat Badui di Alun-alun Kota Serang, Banten, Minggu (13/8).

Jakarta, Aktual.com – Budaya masyarakat Badui, di Kabupaten Lebak, Banten, memiliki keistimewaan yang menarik minat para wisatawan, terutama turis asing, baik untuk liburan maupun melakukan penelitian .

Sebagian besar turis asing tertarik dengan kehidupan masyarakat Badui yang penuh kedamaian dan patuh terhadap adat leluhur, serta menolak kehidupan modern.

“Kami merasa senang melihat warga Badui hidup penuh kerukunan dan kedamaian yang perlu dilestarikan masyarakat dunia,” kata Christine Pheeney, seorang wisatawan asing warga Australia saat mengunjungi Badui di Kabupaten Lebak, Banten, Minggu.

Ia mengemukakan dirinya mengenal budaya masyarakat Badui yang tinggal di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejak sekolah di bangku SMA.

Bahkan, dirinya kini mengunjungi masyarakat Badui yang kedua kalinya ke Kabupaten Lebak.

Masyarakat Badui patut diapresiasi karena kehidupan mereka cukup Pancasialis dengan penuh kedamaian, rukun, juga menghargai nilai-nilai toleransi.

Selama ini, kata dia, kehidupan masyarakat belum pernah terjadi konflik maupun perpecahan baik antarsesama warga Badui maupun warga luar Badui.

Kehidupan mereka lebih mengedepankan kedamaian dan kecintaan terhadap lingkungan alam.

Selain itu juga kehidupan mereka cukup sederhana dan menolak modernisasi, sehingga permukiman masyarakat Badui tidak terdapat infrastuktur jalan, jembatan, sekolah, kesehatan, jaringan listrik, dan perabotan elektronika.

“Kami datang ke sini melakukan penelitian S-2 untuk mengambil makalah “Penyelidikan Para Guru Bersama Pancasila,” kata mahasiswa Charles Darwin University itu.

Menurut dia, dirinya sebagai guru SD di Australia sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pancasila, sehingga mengunjungi masyarakat Badui.

Sebab, kehidupan masyarakat Badui sangat Pancasialis dengan penuh kedamaian, kerukunan, toleransi di tengah keberagaman perbedaan itu.

“Kami berharap penelitian itu berjalan lancar,” katanya.

Sementara itu, wisatawan asing warga Perancis Briggite dan Renauld mengatakan dirinya mengunjungi suku terasing di Kabupaten Lebak, Banten, untuk melakukan penelitian sosial tentang kerukunan masyarakat Badui.

Penelitian itu, kata dia, sebagai syarat untuk membuat tesis S-2.

“Kami sangat tertarik dengan kehidupan masyarakat Badui dengan mempertahankan adat leluhurnya itu,” kata guru SMA di Kota Paris itu.

Bupati Lebak Iti Octavia mengatakan pemerintah daerah kini menggenjot sektor pariwisata guna mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Potensi pariwisata Lebak berpeluang mendunia diantaranya wisata Budaya Masyarakat Badui dan Pantai Sawarna.

“Kami mendorong destinasi wisata Badui mendunia,” katanya.

Bupati mengatakan, masyarakat Badui hidup di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, dengan luas lahan 5.110 hektare yang terdiri dari 3.000 hektare hutan adat dan 2.110 hektare permukiman, serta jumlah penduduk di atas 11.000 jiwa.

Masyarakat Badui Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik, menggunakan pakaian putih-putih hingga kini selalu berpergian dengan berjalan kaki tanpa kendaraan, sekalipun ke Jawa Timur.

“Kami menilai potensi wisata Baduy bisa mendunia karena keunikan itu bagi wisatawan domestik dan mancanegara,” katanya.

Ant

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Dadangsah Dapunta