Warga bersama tim Basarnas dibantu aparat TNI/Polri mencari korban yang tertimbun bangunan pasar Mereudu yang roboh akibat bencana gempa di Mereudu, Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12). Data sementara Pemprov Aceh hingga Rabu (7/12) pukul 17.00 WIB menunjukkan gempa berkekuatan 6,4 SR mengakibatkan 91 orang meninggal dunia, 86 unit rumah, 105 ruko, 13 unit masjid rusak berat, dan 536 orang luka-luka. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/aww/16.

Kupang, Aktual.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, fenomena “sguall line” melanda wilayah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan menyebabkan pohon tumbang serta kerusakan puluhan bangunan rumah dan fasilitas umum.

“Fenomena ini kami identifikasi sebagai “sguall line”. Fenomena ini sangat berbahaya karena terdiri dari barisan awan cumulonimbus yang dapat mengakibatkan cuaca ekstrem seperti hujan deras, angin kencang dan badai guntur,” kata Forecaster dari BMKG Stasiun El Tari, I Ketut Wardhana, Minggu (10/3).

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan penyebab terjadinya hujan deras disertai angin kencang yang berlangsung sejak Minggu (10/3) pagi sekitar pukul 10.00 WITA.

“Sguall line” adalah fenomena cuaca berskala lokal dari waktu tumbuh hingga punah atau berakhir selama sekitar 3-5 jam,” kata I Ketut Wardhana.

Menurut dia, dari pantauan radar cuaca BMKG, pada sekitar pukul 11.14 WITA, Sguall line sudah memasuki fase punah, tetapi masih ada potensi cuaca buruk dan awan-awan comulonimbus (CB).

Artikel ini ditulis oleh: