David Blanchard, Chief Research & Development Officer Unilever Global, mengatakan Indonesia jadi tempat pertama untuk pabrik percontohan teknologi CreaSolv.

Indonesia sedang menghadapi masalah besar dalam menanggulangi sampah plastik. Negeri ini adalah penghasil mikroplastik -partikel plastik berukuran sangat kecil- terbesar kedua di dunia setelah China.

“Indonesia adalah tempat yang tepat untuk teknologi ini,” kata David di pabrik percontohan CreaSolv, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (26/10).

Di pabrik ini, kemasan plastik sachet yang sudah dipilah, dibersihkan dan dicacah kemudian diolah hingga menghasilkan polietilena alias termoplastik.

Proses daur ulang menghasilkan polietilena berbentuk batangan panjang setipis pasta spageti, dipotong-potong kecil hingga berbentuk pelet plastik, siap dijadikan bahan baku kemasan sachet baru.

Teknologi ini diharapkan bisa mewujudkan ekonomi sirkular di mana sampah produk diproses lagi menjadi bahan baku agar tidak ada limbah menggunung yang pada akhirnya merusak lingkungan.

Selama masa uji coba, pabrik percontohan ini ini bisa mengolah sampah plastik sachet hingga 3 ton per hari.

Bila sudah beroperasi untuk skala komersial, ditargetkan tiga hingga enam bulan mendatang, pabrik ini bisa mengolah hingga 27 ton sampah plastik sachet.

Teknologi ini diklaim kelak bisa mengurangi dampak CO2 sebesar 7.800 ton per tahun untuk setiap unit operasi, setara dengan 8.200 ton plastik fleksibel.