AM-IMF menguntungkan Indonesia?

Dalam pelaksanaan AM-IMF-WB, Pemerintah mengeluarkan anggaran Rp810 miliar dari APBN ditambah modal lain hingga mencapai Rp1 triliun. Dalam jangka pendek, Indonesia akan mendapat revenue, dalam jangka panjang, Indonesia akan mendapatkan investasi.

“Ok, jangka panjang tidak usah dihitung secara detil karena investasi sudah ambruk. Apa buktinya? pemerintah kemarin menjual SBN senilai Rp51,1 triliun namun cuma laku Rp20 triliun. Itu artinya kan engga laku,” terangnya.

Kemudian terkait revenue jangka pendek, peserta yang akan hadir berkisar 15.000-18.000 orang. Dihitung dari belanja, apabila perhari wisman menghabiskan 100 dolar, maka pendapatan yang didapatkan adalah Rp151 miliar. Kalau dikalikan dua mendapat Rp300 miliar. Sedangkan pemerintah keluar anggaran Rp810 miliar, untungnya dimana?

Menurutnya, bank dunia secara eksplisit sebenarnya sudah menyatakan bahwa Indonesia akan mendapatkan keuntungan sekitar Rp500 miliar. Padahal dibalik itu, ada potensi kerugian Rp500 miliar bagi Indonesia. Bahkan hal itu sudah dinyatakan media asing seperti Guardian, artinya Indonesia tidak memperoleh benefit apapun dari peristiwa itu.

“Tidak hanya secara ekonomi, tapi harga diri juga dipukul,” ungkapnya.

Kasus global seperti Argentina, Venezuela, dan Pakistan sesungguhnya bisa dilihat total loan yang diberikan Bank Dunia dan IMF. Bank dunia pada 2017 mengalokasikan USD61 miliar, China menyediakan USD100 miliar. Hasilnya pada pertemuan di Davos 2017, terjadi polarisasi sosial dan mengangkat pentingnya etika ekonomi. Padahal hampir 50 tahun kerja IMF adalah penurunan harkat martabat manusia, ketimpangan luar biasa. IMF-EB mengatakan bisnis sudah gila lantaran mereka kalah dengan China. Lalu mereka menggunakan instrumen SDGs.

“Lalu dengan SDGs, akankah kemiskikan bisa teratasi? engga. engga bakal teratasi karena mereka mencari solusi sendiri. Itulah mengapa Trump tidak disukai orang kaya, tapi disukai orang menengah bawah. Penganguran berkurang dan hanya menyisakan sekitar 201.000 orang,” terangnya.

Dikatakannya, IMF kerjanya cuma tiga yaitu membenarkan arus modal bebas, perdagangan bebas, dan tidak boleh membatasi gerakan perusahaan multinasional. Saat ini dunia sedang mencari format baru di tengah globalisasi dan national state. Indonesia berpihak pada sesuatu yang salah, karena pemerintah meletakkan posisinya sebagai kaki tangan. Dunia pendidikan sudah habis diintervensi, bahkan sebagian dari masyarakat pasti sudah diintervensi dan tidak merasakannya. Ketika sudah tak bisa membebaskan diri dari jebakan utang.

“Ketika masyarakat sudah dikungkung dengan utang maka tidak akan pernah bisa keluar dari sistem global. Bagi paham globalism, Loan debt is about modern slavery system. Jadi utang atau pinjaman itu adalah sistem perbudakan modern. Siapa tokoh nya, ya tiga lembaga tadi,” jelasnya.

Dalam situasi perbudakan modern, sebetulnya di Indonesia sudah ada partai politik yang mengkritik dan merespon. Mereka yang sering teriak nawacita, trisakti, tapi partai poltik itu justru saat ini dipermalukan bank dunia-IMF. Dalam sebuah kesempatan, Wakil presiden Jusuf Kalla mengatakan Jika diluar negeri, kami disanjung sanjung, sedangkan di dalam negeri kami dikritik. Sepertinya, Wapres JK tidak mengerti filososi sanjungan dan kritik. Kritik itu adalah hal positif bagi yang dikritik, sedangkan sanjungan itu positif bagi yang menyanjung.

“Dalam budaya dan sejarah politik, menyanjung itu dalam rangka lu gue tikem,” terangnya.

Indonesia memang perlu menjadi anggota IMF, WB dan WTO agar mengetahui strategi mereka menjajah ekonomi. Masyarakat tak pernah tahu, jika IMF-WB menggunakan bahasa halus untuk menjajah. Misalnya, negara pemberi pinjaman disebut negara donor. “Negara donor itu mulia sekali, padahal dia penghisap darah,” terangnya.

Terkait bantuan pinjaman untuk Argentina yang mencapai USD57 miliar, menurut Noorsy hal tersebut tidak akan membuat Argentina bisa menjadi negara maju. Di Indonesia, program pinjaman bank Dunia tersebut bisa berwujud Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat. Dalam bahasa sederhana, jika ada penurunan angka kemiskinan, itu adalah prestasi Bank Dunia, dan masyarakat Indonesia tetap diperah.

“Artinya dengan bahasa yang sederhana, anda tetap dijaga dalam posisi tidak sehat-sehat banget, tapi juga tidak dalam posisi sakit banget. Jadi kalau sakit baget ga bisa kerja, dan kalau sehat banget, Anda melawan saya,” tegasnya.

Hingga hari ini sesunguhnya dunia internasional tidak mau memberikan hak-hak ekonomi sosial budaya. Pasalnya, yang diserang adalah ekonomi bawah, misalnya, bangun jalan tol, siapa yang menikmati kalau bukan negara Jepang. Itu karena pasar mereka berkembang, kalau masyarakat tidak punya duit, mereka bantu dengan sistem utang. Itulah yang disebut sistem ekonomi terbuka, sehingga national advantage tak akan pernah berkembang.

Untuk mengatasi persoalan ekonomi saat ini, salah satu pengetahuan penting untuk melawan IMF-WB adalah mengambil jantung dari kapitalisme. “Hanya dua cara mengambil jantung kapitalisme, UU 24/99 tentang lalu lintas devisa dari sisi nilai tukar dan UU penanaman modal 25/07,” terangnya.

Jika ingin membuktikan siapa kaki tangan IMF dan WB, maka lihat semua pinjaman WB dan IMF, liat covenant, liat siapa yang tanda tangan. Lalu apa yang mesti dilakukan? berhenti berutang.

“Allah tidak pernah memberikan beban melebihi hambanya, dibalik kesusahan pasti ada jalan keluar yang diberikan,” pungkasnya.

Selanjutnya, Kaum Pekerja dan Buruh Menolak AM IMF-World Bank

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka