Karyawan memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9/2018). Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS melemah menjadi Rp14.940 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Indonesia punya sejarah pahit mengenai krisis moneter, yaitu yang terjadi 20 tahun silam, tepatnya pada 1998. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, pergerakan rupiah pada Senin ini masih akan banyak dipengaruhi sejumlah sentimen eksternal.

“Data makro di Tiongkok mengalami penurun pertumbuhan ekonomi, turun dari 6,5 persen menjadi 6,4 persen. Tingkat pengangguran juga meningkat menjadi 4,9 persen, jadi wajar, kemungkinan ini secara tidak langsung mempengaruhi kinerja Yuan dan di sisi lain dolar juga menguat,” ujar, Senin (21/1).

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi sempat bergerak menguat 14 poin menjadi Rp14.178 dibanding posisi sebelumnya Rp14.192 per dolar AS. Namun kemudian rupiah bergerak melemah menjadi Rp14.215 per dolar AS.

Selain itu, sentimen eksternal lainnya yaitu terkait Brexit. Perdana Menteri Inggris Theresa May menghadapi kekalahan di depan Parlemen Inggris yang menolak draf Brexit-nya.

Kendati demikian, May masih bisa mempertahankan posisinya sebagai perdana menteri di tengah serangan “no confidence vote” dari partai oposisi, Jeremy Corbyn.

Hal ini dinilai positif oleh pasar dengan catatan bahwa hal terburuk, yaitu “no-deal Brexit” bisa terelakkan Theresa May sendiri akan kembali berpidato di depan parlemen Inggris menyampaikan perkembangan rencana Brexit tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Abdul Hamid