Suasana museum Bursa Efek Indoneaia (BEI) di Jakarta, Kamis (26/4). Kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang masih akan berlangsung hingga tahun depan serta imbal hasil surat utang AS yang menembus level psikologis menyebabkan pasar saham Asia meriang sepekan ini. IHSG turun 2,81% ke 5.909. IHSG menggenapi penurunan sepekan atau lima hari perdagangan berturut-turut. Kamis (26/4), Dalam lima hari penurunan, IHSG merosot 7,03%. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan ini diproyeksikan masih tertekan oleh sentimen investor yang menunggu kepastian dari pertemuan Amerika Serikat (AS) dan China, setelah ancaman Presiden Donald Trump yang akan menaikkan bea masuk produk China dari 10 menjadi 25 persen.

Tekanan dari konflik dagang yang tak kunjung berakhir itu menjadi “bayang-bayang” pergerakkan pasar saham global, termasuk Indonesia, dalam beberapa hari terakhir, karena sikap investor yang langsung mengencangkan “tali pengaman” dengan beralih ke aset-aset keuangan yang paling aman.

“Pelaku pasar tetap mencemaskan sikap dari Pemerintah AS atas China mengenai perdagangan yang dapat memicu kepanikan di pasar,” kata Kepala Riset PT Valbury Sekuritas Indonesia Alfiansyah dalam risetnya, di Jakarta, Jumat (10/5).

Pada Kamis (10/5) kemarin, IHSG ditutup anjlok hingga 1,14 persen. Tidak cuma IHSG, bursa saham Asia pun berjatuhan seperti Indeks Nikkei 225 yang turun 0,93 persen, Hang Seng amblas 2,39 persen, dan Shanghai Composite ambrol 1,48 persen.

Sementara itu, pada Jumat pagi ini, IHSG dibuka menguat tipis 0,08 persen atau lima poin ke 6.203,104 dari posisi penutupan pada Kamis (10/5) di 6.198,8. Indeks kelompok saham unggulan atau LQ45 juga naik tipis saat pembukaan sebesar 1,026 poin (0,11 persen) ke 971,748.

Artikel ini ditulis oleh: