Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menambahkan, Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami defisit. Negara lain salah satunya adalah Thailand yang juga mengalami defisit tahun ini. Meski demikian, Thailand masih bisa mengatasi hal ini.

Menurutnya, untuk mengurangi defisit tentu saja dibutuhkan modal masuk dalam membiayai CAD ini. Salah satunya melalui pinjaman dari luar negeri.

“CAD itu kalau kita lihat dari trade balance di tambah dengan neraca income (untuk bayar bunga dan deviden). Kalau kita bandingkan Indonesia dengan Thailand, Thailand defisit Indonesia juga defisit artinya butuh pinjaman dari luar negeri,” kata Mirza di Jakarta, Jumat (27/7).

Dia menambahkan, meski telah sama-sama mengalami defisit, namun perbedaan nampak pada ekspor kedua negara ini. Di bandingkan Indonesia, Thailand jauh lebih unggul. Selain itu juga dilihat dari sektor pariwisata Indonesia juga masih tertinggal dibandingkan Thailand.

“Saat ini jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia hanya sekitar 14 juta orang per tahunnya sedangkan Thailand sudah hampir 30 juta,” imbuhnya.

Menurutnya, kebijakan pemerintah saat ini sudah tepat dalam mengembangkan sektor-sektor pariwisata di Indonesia. Sebab, pariwisata diyakini mampu menghasilkan devisa yang besar bagi kas negara. Tentu saja hal itu, untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dengan negara-negara tetangga.

“Pemerintah sudah benar mendorong pariwisata. Sehingga bisa mengundang pariwisata. Pemerintah sudah ke arah yang benar memperkenalkan 10 destinasi. BI fokuskan keempat dari 10 itu. Kemudian sudah bicara juga perkembangan ekspor dan lain-lain,” tandasnya.

Strategi Kedua: Terbitkan Sertifikat Bank Indonesia

Halaman Berikutnya…