Kuasa hukum Pengelola Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang Yusril Ihza Mahendra memberikan keterangan terkait kisruh dengan Pemprov DKI Jakarta terkait pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang di Jakarta, Selasa (3/11). PT Godang Tua Jaya dan PT. Navigat Organic Energy Indonesia yang mengelola sampah DKI Jakarta di Bantar Gebang berharap dapat segera berdialog dengan Pemprov DKI Jakarta untuk menyelesaikan permasalahan pengelolaan TPSP Bantar Gebang tanpa harus melalui proses hukum di pengadilan. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc/15.

Jakarta, Aktual.com – Salah satu bakal calon Gubernur DKI, Yusril Ihza Mahendra menyebut, kekuatan di belakang Gubernur Tjahaja Purnama atau Ahok yang harus diwaspadai dalam Pilkada DKI 2017 nanti.

Untuk itu, dia berharap, agar calon-calon gubernur ini tidak semakin banyak dimunculkan. Karena dengan semakin banyak calon yang muncul maka akan semakin kecil pula kemungkinan untuk mengalahkan Ahok.

“Padahal lawan Pak Ahok itu kecil. Karena secara pribadi dia tidak punya kemampuan apa-apa. Hanya kekuatan di belakang Ahok yang besar,” ujar Yusril saat menghadiri undangan Relawan Gubernur Muslim Jakarta (GMJ) bertema ‘Membangun Ketahanan Umat Mewujudkan Jakarta Berkah, Bersih, dan Beradab’, di Masjid Baiturrahman, Tebet, Jakarta, Minggu (31/7).

Justru menurutnya, Ahok sendiri selama ini sudah menjadi masalah, dan saatnya harus dipulangkan ke kampung halamannya. Namun demikian, kekuatan besar yang di belakangnya itu yang harus diantisipasi. Baik itu kekuatan dana ataupun kekuatan politik. Bahkan disebutnya kekuatan China sebagai negara pun ada di belakang Ahok.

Yusril memang enggan menyebut Istana ada di belakang Ahok. Namun baginya, kedekatan Jokowi-Ahok bahkan kebijakan Jokowi yang berpihak ke Ahok pun dapat dirasakan.

“Hubungan dan dukungan Jokowi ke Ahok memang tak terlihat tapi dapat dirasakan publik dan sangat kuat hubungannya,” ungkap dia.

Makanya, kata Yusril, dengan kekuatan yang besar di belakang Ahok ini, mestinya semua cagub juga yang ada bisa terus berkoordinasi bahkan bersatu. Dia sendiri mengaku, sudah berkoordinasi dengan beberapa cagub beberapa bulan lalu.

Seperti Sandiaga Uno, Lulung Lunggana, Ahmad Dani, Isnaini, dan Adyaksa Daud. Namun dia juga mengeluhkan belakangan malah banyak muncul tokoh-tokoh baru. Dan lagi-lagi, selalu diarahkan untuk mendatangi Luar Batang.

“Makanya, mestinya jangan lagi dimunculkan (cagub baru). Tapi ini masih ada. Dan lagi-lagi selalu diarahkan ke Luar Batang, mau ngapain? Mestinya arahkan saja (datang) ke Glodok untuk jelaskan ke orang-orang China di sana,” jelas Yusril.

Bagi dia, jika calon sedikit maka kemungkinan menang akan lebih besar. “Maksimal tiga lah. Agar kita sendiri tidak kehabisan nafas (melawan Ahon),” tegasnya.

Menurut dia, jika pada akhirnya calon penantang Ahok akan ketahuan sosok yang paling kuat, bahkan tidak menutup kemungkinan dirinya pun mundur dan kemudian dia dan pendukungnya siap untuk mendukung calon kuat tersebut.

“Kalau tidak (bersatu), Ahok yang akan menang. Selama ini saya menolak tawaran (pemilihan) Ketua MK dan jabatan menteri, karena ingin melawan Ahok dan membenahi Jakarta. Karena Ahok itu masalah besar dan serius, makanya kita bersatu untuk melawan,” pungkas Yusril. (Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka