Jakarta, Aktual.com – Saudaraku, tidak pernah ada kata telat untuk bertobat. Setiap pensuci memiliki masa lalu, setiap pendosa memiliki masa depan.

Jangan pernah mati harapan. Sesungguhnya bukan keberhasilan yang mendorong optimisme;  karena optimislah orang berhasil.

Kecemasan akan hari esok hanya bisa diatasi dengan menanam kebajikan hari ini. Jika pandangan kita ke depan terhalang awan kerisauan dan pesimisme, sebab utamanya karena kita berhenti menanam benih untuk masa depan.

Banyak orang menyia-nyiakan waktu, seolah waktu itu berlimpah, berputar melingkar. Sesungguhnya, waktu itu ibarat aliran sungai. Tak ada seorang pun yang bisa melintasi sungai yang sama dua kali. Sungai terus mengalir, manusia terus berubah.

Waktu adalah milik kita yang paling berharga. Dalam kaidah ekonomi, semakin jarang sesuatu dan semakin sering digunakan, bernilai lebih mahal. Waktu sangat berharga karena begitu terbatas dan digunakan setiap orang.

Waktu bahkan lebih bernilai daripada emas-berlian dan uang. Kebanyakan hal yang bisa dimiliki bisa diisi ulang. Cadangan berlian dan emas bisa ditemukan, uang bisa dicetak kembali, tetapi tidak dengan waktu. Waktu yang hilang tak tergantikan.

Dalam penggunaan waktu berlaku prinsip ”biaya kesempatan”. Apa pun yang kita pilih untuk diperbuat berisiko hilang kesempatan melakukan hal lain. Dengan uang, kita memiliki pilihan untuk menyimpan di bank, tetapi tidak dengan waktu. Kita mengeluarkan waktu setiap saat.

Demi masa, sesungguhnya manusia yang paling bangkrut adalah mereka yang merugi dalam waktu.

Setiap detak jantung manusia ibarat detik waktu, yang setiap geraknya meninggalkan kehilangan. Kecuali mereka yang mengisi setiap detak detik dengan amal kebajikan dan kesabaran dalam proses.

Isilah waktu selagi bisa bernafas. Waktu terbaik untuk berbuat adalah masa kini. Masa lalu, kenangan; masa depan, harapan; masa kini, kenyataan.

Siapa dapat mengontrol masa lalu, mengendalikan masa depan; siapa mengontrol masa kini, mengendalikan masa lalu. Karena waktu lekas berlalu, mengisi-menguasai realitas saat ini bisa cepat mereklaim masa lalu dan memenangkan masa depan.

Mari merayakan hari ini dengan kerja keras-tangkas bersama orang terdekat, demi memberi bahagia orang sekitar.

Sadarilah, waktu bukanlah keabadian, sekadar labirin tanda tanya yang di setiap ujung jeda dan pintunya selalu sisakan misteri.

Namun, setiap amal dalam masa tidaklah sia-sia. Seperti samudra bermula dari tetes air. Setiap sapa memberi gairah pada sesama. Setiap darma memberi harapan pada kehidupan. Lukisan masa depan adalah pilihan kita menggoreskan warna pada kanvas masa kini.

(Yudi Latif, Makrifat Pagi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka