Kiri-kanan; Pengamat Politik Yudi Latif, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua Umum PGK Bursah Zanubi, Direktur Sabang-Merauke Circle, Syahganda Nainggolan saat menghadiri diskusi di Jakarta, Jumat (27/1/2017). Diskusi yang diselenggarakan Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) dengan tema "Kerukunan Nasional Dan Tantangan Kebangsaan".

Jakarta, Aktual.com – Pengamat Politik Yudi Latif mengklarifikasi pernyataannya yang menyebut terdakwa kasus penistaan agama yang juga calon gubernur DKI Jakarta 2017 Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok seperti ‘Robin Hood’.

Yudi mengungkapkan, dirinya hanya menanggapi pertanyaan wartawan tentang apa yang diutarakan Ahok dalam pertemuan dengan keluarga cendekiawan Islam (alm) Nurcholish Madjid di kediaman keluarga Nurholish di Jalan Johari I, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (23/3). Yakni masalah reklamasi.

Yudi menolak bila pernyataannya soal Robin Hood merupakan bentuk dukungan terhadap calon petahana itu. Bahkan, Yudi sempat menolak tawaran untuk diwawancara terkait Pilkada oleh tim Ahok.

“Saya diundang di acara itu. Saya sebenernya ingin interview khusus dengan kaitan pilkada oleh tim Ahok tapi saya enggak mau. Disitu ada sejumlah wartawan dan menanyakan apa yang terjadi di dalam pertemuan itu. Ya saya katakan disitu Ahok mengklarifikasi sejumlah hal yang selama ini ditangkap publik dengan yang mereka pikirkan. Termasuk reklamasi,” ujar Yudi di acara Refleksi Kebangsaan Muslimat Nahdlatul Ulama di Hotel Crowne Plaza, Jakarta, Senin (27/3).

Terkait reklamasi, Yudi menjelaskan proyek tersebut merupakan rencana lama yang kala itu tak memiliki asas manfaat bagi orang miskin. Namun dalam perbincangan, Ahok mengklaim bahwa kebijakan kontribusi tambahan bisa digunakan untuk membiayai fasilitas umum.

“Saya bilang reklamasi itu kebijakan yang sudah lama sejak Orde Baru. Tapi saya lihat kok reklamasi konglomerat aja yang diuntungkan. Saya bilang keenakan ini konglomerat. Publik enggak dapat apa-apa. Makanya, katanya mengenakan tarif tambahan supaya dengan tambahan dapat ratusan triliun yang digunakam untuk sarana umum dll,” jelasnya.

Sehingga, sambung Yudi, bila benar apa yang dikatakan gubernur nonaktif DKI itu soal tarif tambahan untuk kemaslahatan rakyat maka Ahok seperti Robin hood.

“Saya katakan kalau itu benar apa yang dikatakan Ahok, Maka Ahok seperti Robin hood. Sekali lagi, saya hanya mendeskripsikan apa yang Ahok katakan. Karena saya ditanya, Ahok katakan seperti itu,” katanya.

Yudi pun menegaskan, bila dirinya mendukung Ahok maka sudah secara langsung dia mengkampanyekan calon nomor urut dua itu.

“Kalau saya dukung kenapa saya enggak langsung aja berkampanye. Bahkan interview khusus pilkada saya tolak. Itu karena saya ceritakan apa yang terjadi didalam. Artinya kata Ahok reklamasi ya begitu. Kalau terbukti ya seperti itu, silahkan publik menguji,” jelasnya lagi.

“Kata-kata Robin Hood juga enggak terlalu tepat karena kalau menurut pendukung Ahok dia bukan Robin Good yang mengambil sembarangan. Jadi kata-kata saya ini disalahpahami oleh dua pihak,” pungkas Yudi.

(Nailin Insa)

Artikel ini ditulis oleh: