Jakarta, Aktual.com – Munculnya pertentangan yang terjadi akhir-akhir ini hingga mengharuskan membuat dua pilihan Islam atau kebangsaan (nasionalisme) lahir karena kotornya hati yang tidak mendapat cahaya ketuhanan didalam diri sendiri.

Demikian disampaikan Cendikiawan Muslim Yudi Latief saat memberikan tausiahnya ‘Pancasila Dalam Tasawuf Islam’, di Zawiyah Arraudhah, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (4/6).

“Kalau kalbu kita kotor maka warna warni pantulan dari cahaya tuhan tidak akan bisa dilihat yang ada hanya kegelapan, hanya muncul dalam satu warna saja dan itu kemudian sering kali mempertentangkan kalau aku menjadi seorang Islam maka aku tidak berkebangsaan Indonesia, seolah dipaksa untuk memilih salah satu Islam atau menjadi Indonesia,” kata Yudi.

Taujih Syeikh DR Yudi Latif  (kiri) bersama Khodim Zawiyah Arraudhah Al Akh Muhammad Danial Nafis (kanan) saat acara Kajian Spesial Ramadhan di Zawiyah Arraudah, Jalan Tebet Barat VIII, No 50, Jakarta Selatan, Minggu (4/6/2017). Dalam kajian Spesial Ramadhan ini yang bertamakan "Pancasila dalam Tasawuf Islam". AKTUAL/Munzir
Taujih Syeikh DR Yudi Latif (kiri) bersama Khodim Zawiyah Arraudhah Al Akh Muhammad Danial Nafis (kanan) saat acara Kajian Spesial Ramadhan di Zawiyah Arraudah, Jalan Tebet Barat VIII, No 50, Jakarta Selatan, Minggu (4/6/2017). Dalam kajian Spesial Ramadhan ini yang bertamakan “Pancasila dalam Tasawuf Islam”. AKTUAL/Munzir

Menurut Yudi, pertentangan itu sudah pernah terjadi yang ketika itu digunakan kolonial untuk melakukan tipu daya terhadap struktur (organisasi) Masyumi dengan membuat pilihan menjadi Islam atau nasionalis.

“Kita hanya boleh memilih salah satu kita menjadi Islam atau menjadi nasionalis, kita tidak bisa mengatakan aku seorang Islam sekaligus nasionalis, padahal kita semua Islam dan kita semua ini patriot,” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby