Jakarta, Aktual.com – Masifnya ekspansi China ke Indonesia baik dari sisi utangan, investasi, dan tenaga kerja dirasa kian mengkhawatirkan. Pasalnya, jika tak diawasi dengan baik, akan berpotensi gagal bayar nantinya, sehingga Indonesia masuk dalam perangkap China.

Menurut pengamat ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara, model investasi yang ditawarkan oleh China memang cukup membahayakan. Pasalnya, tak hanya dengan mengirim modal, baik berupa investasi atau utangan, tapi juga sekaligus dengan para pekerjanya.

“Justru mendatangkan para pekerja ini yang cukup sulit. Dan bagaimana pengawasannya? Tentu sangat sulit. Karena tenaga kerja asal China itu bisa menggunakan visa wisata, tapi bisa jadi pekerja,” tandas Bhima saat dihubungi, Senin (14/11).

Makanya, dengan pengawasan yang lemah sangat berpotensi terjadinya penyimpangan. “Siapa yang bisa menjamin, mereka (wisatawan China) tidak bekerja di Indonesia? Makanya konsep kerja sama dengan China itu memang layak dikritisi,” cetus dia.

Dengan model-model China itu, dirinya menyebut sebagai bahaya Serangan Kuning yang berasal dari China itu. “Ini saya sebut Bahaya Serangan Kuning. Makanya, saya sebut ekspansi China ke Indonesia sudah membahayakan,” tandasnya.

Sebelumnya, peneliti Jepang asal Universitas Tsurumi dan Universitas Seigakuin Jepang, Masako Kuranishi, mengingatkan Indonesia agar sangat hati-hati terhadap gerakan China di Asia, terutama di Indonesia.

Dia menyebut, jangan sampai Indonesia salah langkah, kalau tak mau Tanah Air ini berantakan gara-gara ulah China tersebut.

“China itu, punya rencana atau konsep besar sejak Oktober 2013 terhadap Asia, yaitu Maritime Silk Road atau sering dijuluki One Belt One Road. Ide inj dilemparkan oleh Xi Jinping. Secara kasar bisa dikatakan munculnya hegemoni China terhadap negara-negara di Asia,” ujar Masako.

Dalam amatan dia, kalau China sudah menguasai jalur Shinkansen dan sekitarnya, maka akan mudah bagi mereka untuk semakin merealisasikan konsep One Belt One Road tersebut yang akan berlanjut ke negera Asia lain.

Untuk Indonesia, kata dia, realisasi konsep tersebut terlihat dari adanya proyek kereta cepat yang dibiayai oleh China. Proyek ini akan berdampak pengusiran masyarakat sekitar yang dipaksa mengungsi dengan dalih keamanan jalur kereta cepat itu.

Menurutnya, di Indonesia itu dimulai dari penguasaan Shinkansen. Dan tak hanya soal Shinkansen, tetapi daerah yang dilewati dan sekitarnya akan harus dikuasai pihak China walaupun perusahaan patungan 60% Indonesia dan 40% China.

“Sementara China sendiri yakin Indonesia akan kesusahan bayar (utang). Sehingga penguasaan mayoritas perusahaan nanti akan dilakukan China. Demikian pula tenaga kerja yang dikerahkan semua akan diturunkan dari China. Tenaga kerja Indonesia hanya sedikit, dan itu tak penting yang terlibat dalam proyek kereta api cepat tersebut,” tandas dia.

Laporan: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby