Presiden Jokowi

Jakarta, Aktual.com – Mendapati kenyataan bahwa selama tiga tahun masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, pertumbuhan ekonomi tidak sesuia dengan janji kampanye mereka, dan Jokowi meminta seluruh elemen bangsa agar tetap optimis menghadapi tantangan yang ada.

Berdasarkan janji kampanye Jokowi akan menempatkan petumbuhan ekonomi pada posisi 7 persen, namun jauh dari kenyataan, tim ekonomi Jokowi belum sanggup mendongkrak pertumbuhan yang tidak jauh dari angka 5 persen selama tiga tahun, bahkan keterpurukan ini sempat anjlok di bawah 5 persen.

Jokowi mengemukakan landasan seruan optimis yang ia dengungkan, karena ia memperoleh laporan bahwa telah ada Indikasi yang menunjukkan pergerakan ekonomi nasional ke arah positif, terutama dari aspek ekspor.

“Kalau dilihat, seharusnya kita optimistis, percaya diri. Jangan pesimistis. Jika ada masalah, ya kita selesaikan. Kalau ada halangan, kita perbaiki,” ujar Jokowi, Rabu (11/10).

Dia memaparkan nilai ekspor Januari-Agustus mencapai USD 108,79 miliar. Angka ini diklaim mengalami peningkatan 17,85 persen dibandingkan periode yang sama pada 2016.

Menurut Jokowi, pertumbuhan ekspor menjadi pundamental sebagai acuan mengukur pergerakan ekonomi nasional.

“Kunci pertumbuhan ekonomi saat ini hanya ada dua. Ekspor harus naik dan investasi juga harus naik,” pungkas dia.

Sementara Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2018, tidak jauh dari angka 5 persen, yakni di level 5,3 persen.

Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Rodrigo A. Chaves‎ mengatakan, angka ini sedikit lebih baik daripada proyek sebelumnya dengan memperhatikan pembangunan infrastruktur yang sedikit mendorong investasi.

“Keterbatasan infrastruktur telah lama menjadi kendala utama bagi pembangunan Indonesia,” ujarnya, Jakarta, Selasa (3/10).

Untuk kondisi global sendiri memang ada sikap positif, dan Dana Moneter Internasional (IMF) berani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2018 sebesar 3,7 persen atau lebih besar dari tahun sebelumnya hanya 3,6 persen.

“Pemulihan ekonomi global terus berlanjut dan dalam laju yang cepat,” kata Kepala Ekonom IMF Maurice Obstfeld dalam menyampaikan publikasi World Economic Outlook (WEO) terbaru di Washington DC, AS, Selasa (10/10) pagi.

Namun menteri Keuangan, Sri Mulyani memang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit lebih progresif dari perkiraan bank dunia, yakni sebesar 5,4 persen.

Tetapi patokan itu jauh dibawah Janji politik Jokowi yang menargetkan pertumbuhan hingga 7 persen, padahal tahun depan merupakan tahun ke 4 pemerintah Jokowi – Jusuf Kalla (JK).

Artinya harapan untuk merealisasikan janji ekonomi 7 persen, sudah hampir pupus di ujung tanduk, hal ini kemungkinan kecil pada satu tahun terakhir, yakni 2019.
Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh: