Direktur Utama & CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli (tengah) bersama Direktur & Chief Sales and Distribution Officer Indosat Ooreedoo, Joy Wahyudi (kiri) dan Chief New Business & Innovation Officer Indosat Ooredoo Prashant Gokarn (kanan), melakukan wefie saat peluncuran logo baru Indosat Ooredoo di Jakarta, Kamis (19/11). Indosat resmi menjadi Indosat Ooredoo yang akan menghadirkan dunia digital lebih mudah diakses dan terjangkau. Indosat Ooredoo targetkan menjadi pemimpin layanan digital bagi semua.Di masa yang akan datang, Indosat Ooredoo menargetkan menjadi nomor satu dalam pendapatan digital, nomor satu dalam pengalaman digital dan brand digital pilihan pelanggan nomor satu di Indonesia. AKTUAL/EKO S HILMAN

Jakarta, Aktual.com — Jakarta, Aktual.com – PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT), masih terbebani utang yang besar. Terutama dalam porsi valuta asing (valas) berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS).

Makanya, pihak Indosat berharap fluktuasi nilai tukar dapat dikendalikan regulator. Kalau pun terjadi koreksi tidak terlalu dalam.

“Saat ini, di triwulan pertama 2016 ini, utang kita sebesar Rp22,08 triliun. Memang menurun 4,8% dari periode yang sama sebelumnya (yoy) yang sebesar Rp23,2 triliun. Angka yang cukup tinggi ini karena dipengaruhi beban kurs,” ujar Direktur Utama ISAT, Alexander Rusli, di Jakarta, Kamis (2/6).

Sementara posisi pendatapan perseroan sendiri bertumbuh sedikit dari Rp6,093 triliun menjadi Rp6,813 triliun. Dengan posisi laba bersih saat ini mencapai Rp217 miliar. Memang lebih baik dibanding periode sebelumnya yang mencapai kerugian sebesar Rp456 miliar.

“Jadi, dilemanya kalau utang dollar AS itu akan sangat terpengaruh oleh depresiasi rupiah,” tandas dia.

Sementara perseroan menargetkan akan mengurangi porsi utang dalam mata uang USD tersebut. Dari yang semula porsi 50 persen, menjadi hanya 10 persen saja.

“Sampai akhir tahun jika sudah dikurangi, kami tidak akan kaget lagi. Karena utang dollar kami akan dikurangi,” jelas.

Padahal, kalau tidak terkena imbas kurs, maka akan lebih positif posisi utang perseroan. “Apalagi capex (capital expenditure/belanja modal) kami mencapai Rp1,66 triliun. Makanya utang akan terus kami lakukan,” jelas dia.

Pendpatan opersional sendiri hingga kuartal-I 2016 ini masih didominasi oleh segmen seluler sebanyak Rp5,67 triliun. “Sisanya, dari data tetap sebesar Rp909 miliar dan telepon tetap kontribusinya sebesar Rp226 miliar,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka