Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli saat diskusi serial untuk edukasi pemilih dengan tema "Debat-Tak Debat: Utang Besar Buat Siapa? di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa (3/7/2018). Rizal Ramli mengungkapkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia, khususnya masalah utang sedang dalam kondisi yang kurang sehat. Namun, pemerintah selalu mengelak dengan menyatakan bahwa utang Indonesia masih aman. Dan pemerintah selalu membandingkan rasio utang Indonesia lebih baik dengan negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Padahal, perbandingan tersebut tak sesuai untuk dilakukan. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Sejumlah ekonom dikumpulkan oleh Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto di kediaman mantan Pangkostrad itu, Jakarta, Jumat (5/10) malam.

Dari sekian ekonom yang ada dalam pertemuan tersebut, Rizal Ramli adalah salah satunya.

Pria yang pernah menjabat sejumlah posisi menteri ini mengungkapkan, ekonomi Indonesia tengah berada pada lampu merah pada saat ini.

“Memang hari ini kita lampu merah ekonominya, krisisnya, dan masih akan berlanjut karena badan kita tidak sehat. Antibodi kita kurang kuat, kena virus apa saja bisa sakit,” ujar Rizal usai pertemuan.

Ia menilai, sangat tak adil jika terdapat pihak-pihak yang mengkambinghitamkan faktor-faktor eksternal, seperti kondisi Italia, Turki atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.

“Kita juga harus introspeksi bahwa diri kita sendiri harus kita bikin sehat. Kita harus ambil langkah-langkah agar krisis ini berkurang,” sambung pria yang kerap disapa RR ini.

Menurutnya, ada sejumlah cara untuk memulihkan kondisi ekonomi Indonesia.

Pertama, kurangi defisit current account dan impor. Namun, ia menekankan jika pengurangan ini harus terfokus pada komoditas impor yang memiliki nominal tinggi.

Rizal mencatat, terdapat 1.147 komoditas impor yang nilai hanya mencapai 5 miliar dolar AS per tahun. Komoditas-komoditas ini, katanya, bukanlah prioritas dalam pengurangan defisit impor.

Selain itu, kalau pajaknya dinaikkan 2,5-7,5% dampaknya hanya akan mengurangi impor 500 juta dolar AS. Ada memang pembatalan-pembatalan proyek besar, tapi kata RR itu saja tidak cukup.

Dia menyarankan pemerintah fokus mengurangi impor komoditas besar, baja misalnya.

“China baja kebanyakan dan banyak dijual ke Indonesia dengan harga murah. Kami minta pemerintah laksanakan memberikan tarif anti dumping sebesar 25% terhadap produk baja dan turunannya. Otomatis impor baja akan turun, impor kita akan turun US$ 5 miliar. Produksi dalam negeri naik, Krakatau Steel dan swasta akan untung,” papar Rizal.

Kemudian, menurut Rizal, pemerintah perlu menaikkan tarif pajak untuk mobil impor.

Cara kedua adalah mewajibkan para pengusaha membawa pulang devisa hasil ekspor. Menurutnya, hanya 20% devisa ekspor yang dimasukkan Indonesia.

Sisa devisa itu, jelas RR, ditaruh para pengusaha di luar negeri seperti Singapura dan Hongkong.

“Kita wajibkan supaya semua eksportir masuk ke dalam. Saya tahu pemerintah mengajak beberapa pengusaha untuk memakai rupiah, tapi itu tidak memadai, kita harus ada di depan kurva untuk bisa keluar dari krisis ini,” tutur Rizal.

Laporan: Fadlan Butho

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan