Petugas Satpol PP menyegel bangunan rumah yang merupakan cagar budaya berupa bekas kantor radio pejuang Surabaya, Bung Tomo yang telah dibongkar di Surabaya, Jawa TImur, Rabu (4/5). Bangunan yang merupakan cagar budaya kelas B tersebut terpaksa disegel oleh petugas dan pengerjaannya dihentikan sementara. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/pd/16

Sleman, Aktual.com – Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menutup paksa satu toko modern berjejaring nasional di Dusun Manukan, Condongcatur, Sabtu (30/7), hanya beberapa jam setelah toko tersebut buka perdana.

“Kami tegas melakukan penegakan peraturan daerah. Toko modern ini ditutup karena tidak mengantongi izin,” kata Kepala Seksi Penegakan Perundangan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Sleman Rusdi Rais.

Menurut dia, aturan yang dilanggar toko modern tersebut adalah Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2012tentang Izin Usaha Toko Modern an Perda No. 5 Tahun 2014 tentang Izin Gangguan.

“Kami sebelumnya sudah menyampaikan peringatkan, bahkan sejak sebelum toko ini beroperasi. Namun peringatan tersebut tidak dihiraukan,” katanya.

Ia mengatakan jika pengelola berani membuka segel, jelas akan berhubungan dengan aparat kepolisian karena berarti melanggar pasal 232 KUHP.

“Kalau berani membuka segel yang kami pasang, itu sudah masuk ke ranah tindak pidana, dan itu wewenang kepolisian,” katanya.

Rusdi mengatakan sebelum menyegel, pihaknya juga meminta pegawai toko menghentikan proses transaksi saat itu juga.

“Izinnya diurus dulu. Kalau sudah beres baru boleh beroperasi,” katanya.

Anggota Komisi A DPRD Kabupaten Sleman Nuril Hanifa yang ada di lokasi saat penyegelan toko mengatakan bahwa kuota pendirian toko berjejaring di wilayah Depok sudah habis. Artinya, jika ada toko baru beroperasi bisa dipastikan ada tindak pelanggaran. “Keberadaan toko ini meresahkan warga setempat,” katanya.

Salah satu warga Manukan, Depok, Maji mengatakan sebagai pemilik warung kelontong di sisi utara Indomaret, dirinya tidak pernah diberitahu rencana pendirian toko modern ini.

“Selama ini tidak pernah ada sosialisasi. Ini merugikan masyarakat pemilik toko kelontong yang bermodal kecil dan mengandalkan usahanya untuk penghidupan rumah tangga,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Arbie Marwan