Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano
Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala wa ra’ah dalam pengajian kitab shahih Bukharinya menjelaskan bahwa kita harus menjaga lisan kita untuk tidak menyebutkan seseorang dengan kedudukan (julukan) tertentu yang tidak bisa diketahui kecuali dengan perantara wahyu. Sedangkan wahyu Allah tidak turun lagi setelah baginda Nabi SAW berpulang ke Ar Rafiq Al A’la.

Hal ini sebagaimana hadits yang telah diriwayatkan Imam Bukhari, bahwa Utsman bin Madz’un adalah awal muhajirin yang meninggal di Madinah setelah berhijrah. Ketika dirinya meninggal, Ummu Ala yang selama ini merawatnya berkata, bahwa dirinya bersaksi bahwa Allah telah memuliakan Utsman bin Madz’un.

Baginda Nabi pun mendengarnya kemudian baginda berkata: “kamu tahu dari mana wahai Ummu Ala bahwa Allah telah memuliakannya?”. Lalu Ummu Ala menjawab baginda, bahwa dirinya tidak tahu.

Kemudian baginda berkata: ” bahwa Utsman bin Madz’un adalah orang yang beriman, dan saya berharap kebaikan untuknya, demi Allah bahwa saya tidak tahu apa yang akan menimpa diriku (tanpa wahyu dari Allah)”.

Lalu Ummu Ala pun berkata: bahwa dirinya tidak akan pernah lagi untuk mentazkiah (memuji dan meninggikan derajat seseorang) setelah Ustman bin Madz’un.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid