Jakarta, Aktual.com – Dalam tausiyah yang disampaikan Syech Dr.Yusri Rusydi di Masjid/Makam Quthb Sayyidina Imam Abu Hasan As-Syadzili RA, kota Khumaitsira, Mesir.

وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ, أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِسْلَامِ. فَقَالَ : رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُومَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا. قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: فَعَجِبْنَا لَهُ؛ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ. قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلَائِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الْآخِرِ, وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِحْسَانِ. قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ: مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا. قَالَ: أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ.

Ia (Jibril) berkata: “Wahai Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam”. Maka Rasulullah saw menjawab: “Islam yaitu engkau bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad saw adalah utusan Allah, engkau tegakkan shalat, engkau tunaikan zakat, engkau berpuasa Ramadlan dan engkau berhaji ke Baitullah, jika engkau mampu dalam perjalanan”. Kata lelaki itu: “Engkau benar”. Lalu Umar berkata: “Maka kami heran dengannya, ia menanyakannya kemudian ia membenarkannya”. Lalu ia berkata: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Jawab Nabi saw: “Yaitu engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, Para rasulnya, dan hari akhir, dan engkau beriman kepapa Taqdir, yang baik maupun yang buruk”. Lelaki itu berkata: “Engaku benar”. Lalu ia berkata: “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan”. Jawab Nabi saw: “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya, maka jika engkau tidak melihatNya, Sesungguhnya Dia melihatmu”. Lelaki itu berkata: “Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat”. Beliau menjawab: “Sesungguhnya yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu daripada yang bertanya. Ia berkata: “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya”. Jawab Nabi saw: “Yaitu ketika seorang budak perempuan melahirkan tuannya dan apabila engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin dan sebagai penggembala kambing sama bermegah-megahan dalam membangun gedung”……(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadist diatas menjelaskan kepada kita tentang iman, islam, ihsan dan tanda-tanda akhir zaman, sekaligus mengingatkan kita agar senantisa menjadi sosok yang mukmin (beraqidah), muslim (bersyariat), muhsin (berakhlaq mulia) dan alim bi fitani zamanihi (mengetahui gejala fitnah zamannya).

Dikatakan Syekh Yusri bahwasannya fitnah yang dimaksud adalah bahaya yang mengancam agama seseorang baik dalam urusan pribadinya maupun mengancam kekokohan agama umat islam secara menyeluruh. Setiap gejala yang mengancam lurusnya agama mesti kita ketahui dan amati secara seksama agar kita dapat menghindarinya dan dapat mengingatkan orang lain supaya tidak terjerumus pada fitnah tersebut.

Syekh Yusri juga mengatakan bahwa kita hidup di masa yang penuh dengan fitnah tersebut oleh karenanya waspadalah jangan sampai kita terlena dengan urusan duniawi dan lupa akan kewajiban kita dalam hal ibadah kepada Allah SWT.

Imam Ibnu Athoillah mengingatkan dalam kitabnya Al Hikam :

على انطماس البصيرة منك اجتهادك فيما ضُمِنَ لك، وتقصيرك فيما طُلِبَ منك، دليل

“Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu (oleh Allah) dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dibebankan kepadamu, itu merupakan tanda butanya bashirah (mata batin)” Kitab Al Hikam.

Kita semua wajib melaksanakan syariat sebagai ibadah lahiriah bersamaan dengan kepatuhan kepada Allah SWT secara bathiniyah, namun kadang-kadang amalan lahir dan kondisi bathin kadang berubah haluan dalam niatnya karena hal-hal tertentu, oleh karena itu mesti dilengkapi dengan ihsan yang berarti merasa selalu diawasi oleh Allah SWT, dan jika demikian maka kita akan selamat dari berbagai ancaman fitnah akhir zaman.

Ketika seseorang sudah dapat menggapai maqam ihsan ( merasa diawasi oleh Allah SWT) maka ia akan memiliki kesungguhan dan respek atas perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Secepat dia memenuhi panggilan Allah SWT dalam ketaatan di dunia, maka secepat itupula ia akan melintasi jembatan shirat menuju surga (kelak) di akherat.

Karenanya Allah SWT berfirman :

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS:Ali Imram/3 ayat 133).

سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ

Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya.. (QS:Al Hadid/57 ayat 21)

Dan Nabi SAW pun bersabda:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ الّليْلِ المُظْلِم

Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Bersegeralah dalam melakukan amal-amal yang shaleh dalam rangka menangkal fitnah-fitnah (malapetaka agama) yang datang menerjang seperti gelap gulitanya sebagian malam.. ” (HR. Muslim no. 118).

Rasulullah SAW sangat menyayangi kita sehingga beliau SAW menyuruh kita bersegera dalam melakukan amal saleh , jangan sampai melenceng dan terpedaya oleh fitnah yang bermunculan. Dalam riwayat Hudzaifah RA, Rasûlullâh SAW menyeru agar kita waspada, bersabdanya :

تُـعْـرَضُ الْـفِـتَـنُ عَلَـى الْـقُـلُـوْبِ كَالْـحَصِيْـرِ عُـوْدًا عُوْدًا ، فَـأَيُّ قَـلْبٍ أُشْرِبَـهَا نُـكِتَ فِـيْـهِ نُـكْـتَـةٌ سَوْدَاءُ ، وَأَيُّ قَـلْبٍ أَنْـكَـرَهَا نُـكِتَ فِـيْـهِ نُـكْتَـةٌ بَيْضَاءُ ، حَتَّىٰ تَصِيْـرَ عَلَـىٰ قَـلْبَيْـنِ : عَلَـىٰ أَبْـيَـضَ مِثْـلِ الصَّفَا ، فَـلَا تَـضُرُّهُ فِـتْـنَـةٌ مَـا دَامَتِ السَّمٰـوَاتُ وَالْأَرْضُ ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُـرْبَادًّا ، كَالْكُوْزِ مُـجَخِّـيًا : لَا يَعْرِفُ مَعْرُوْفًـا وَلَا يُـنْـكِرُ مُنْكَـرًا ، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ.

“Fitnah-fitnah merambah lubuk hati manusia sedikit demi sedikit bagaikan tenunan sehelai tikar. Hati yang menerimanya, niscaya timbul bercak (noktah) hitam, sedangkan hati yang mengingkarinya (menolak fitnah tersebut), niscaya akan tetap putih (cemerlang). Sehingga hati menjadi dua : yaitu hati yang putih seperti batu yang halus lagi licin, tidak ada fitnah yang membahayakannya selama langit dan bumi masih ada. Adapun hati yang terkena bercak (noktah) hitam, maka (sedikit demi sedikit) akan menjadi hitam legam bagaikan belanga yang tertelungkup (terbalik), tidak lagi mengenal yang ma’ruf (kebaikan) dan tidak mengingkari kemungkaran, kecuali ia mengikuti apa yang dicintai oleh hawa nafsunya.”(HR:Muslim no.144)

Seorang mukmin yang muslim dan muhsin adalah orang yang memiliki hati putih bersih (seperti yang digambarkan dalam hadist diatas) yang dapat menetralisir setiap fitnah yang menerjangnya , dan mereka itu yang tergolong thoifah yang selamat sebagaimana dalam sabdanya :

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ ، لاَ يَضُرُّهُم مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِك

“Selalu ada dari umatku, suatu golongan yang senantiasa menegakkan perintah Allah. Tidak dapat mencelakai mereka orang yang menghinanya dan juga orang yang menyisihkannya, hingga Allah datangkan kepada mereka urusanNya (kiamat) sedangkan mereka tetap dalam kondisi seperti itu” (HR:Bukari no.7311 dan Muslim no 1921).

Adapun yang hatinya banyak noktah hitam, adalah mereka yang secara lahiriah seperti kaum muslimin melaksanakan shalat dan sebagainya namun tanpa dilandasi dengan kekokohan iman dan niat yang tulus karena Allah SWT sehingga ucapan dan gerak geriknya hanya berdasarkan untuk meraih keuntungan dunia tanpa mempertimbangkan kemaslahatan agamanya dan agama umat islam secara umum. Itulah fitnah yang dapat menghancurkan agama seseorang dan akan menyebabkan fitnah baru bagi orang lain, sebagaimana sabda Nabi SAW:

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ ، وَثَلَاثٌ مُنْجِيَاتٌ . فَقَالَ : ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya.” (HR:Muslim, no. 1802). (Deden Sajidin)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid