Jakarta Aktual.com – Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara merasa resah yang membucah melihat pertikaian sosial akibat kesalahan memilih penguasa. Bahkan dia melihat adanya kesengajaan dan unsur rekayasa yang menghancurkan tatanan sosial dari bangsa yang agamis menjadi komunis.

Untuk itu dia menulis surat terbuka yang ditujukan kepada penguasa yang menduduki jabatan tertinggi di negara Indonesia. Berikut isinya:

“Engkau yang rambut lurus belah tepi, topeng mu telah terbuka kini. Melukai kami di negeri yang kami warisi dari kakek nenek kami yang memerdekakan republik ini. Air mata ini kau buat berderai, rakyat kau buat bertikai, Islam kau cederai.

Mulanya kau terlihat soleh pergi umrah dan jadi imam jemaah. Blusukan bagai peduli rakyat yang susah. Kini kau tunjukkan kau lah sumber masalah.

Kau bela si penista agama. Memenjarakannya kau tak berdaya. Ketika 2,3 juta umat Islam mengetuk istana, kau menghilang entah kemana.

Keadilan tak kunjung tiba, lalu ketika 7,5 juta umat berdoa dari monas melebar ke bundaran hotel Indonesia, kau tiba tiba datang tanpa diminta. Berbicara lima menit tanpa solusi apa apa, sungguh sesak melihatnya.

Lalu komunis Cina kau bangkit kan kembali meraja lela, bangsa yang besar ini kau jual ke Iran dan Cina. TNI Polri merazia Palu arit kau larang pula. TNI POLRI yang kami cintai kau adu domba dan kau patri Palu Arit di mata uang Indonesia.

Saat dunia berjuang membela Allepo Syria Kau malah abstain tak ikut serta. Kau bersekutu dengan Syiah Iran pembantai Syria. Kini cukup sudah negeri ini kau buat terjajah. Rasa mencekam nyata sudah, namun kau perlu tahu, kau bukan siapa siapa.

Ratusan juta umat telah mengetuk pintu langit
Sang Pemilik Alam Semesta yang Maha Melihat dan Maha Menyaksikan ketidakadilan ini.

Berbuat lah sesuka mu. Sesungguhnya segala sesuatu itu ada batasnya. Aku akan hadir dalam pertarungan itu Membela dua ratus juta rakyat yang kau buat pilu.”

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Eka