Ahok vs Rizal Ramli. (ilustrasi/aktual.com)
Ahok vs Rizal Ramli. (ilustrasi/aktual.com)

Ahok yang baik dan yang saya hormati,

Sebulan terakhir ini, ‘Reklamasi Pulau G Teluk Jakarta’ menjadi bahan pertikaian antara dirimu, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) selaku Gubernur DKI, dengan Rizal Ramli (RR) selaku Menko Maritim.

Keputusan 3 menteri menghentikan sementara (moratorium) reklamasi pulau G membuat Ahok berang. Saya dapat memahami kenapa Ahok menjadi berang begitu, tetapi mempermasalahkan keputusan 3 menteri yang dikomandoi RR juga membuat saya berkernyit dahi. Bagi saya RR hanya menjalankan tugasnya sebagai pembantu presiden.\

Lebih tidak elok lagi, Ahok mulai mematut matut diri dengan RR. Bagi saya Ahok tidak bisa dibandingkan dengan RR, begitu sebaliknya. Karena jalan hidup, pengalaman hidup kalian cukup berbeda. Beda Hok!

Ahok tidak pernah jadi aktifis pergerakan sejak mahasiswa (kalaupun ada tapi tidak tercatat), Ahok belum pernah menjadi menteri, apalagi mengurusi lembaga riset. RR sudah mengalami itu semua, sementara Ahok belum.

Tapi sebaliknya, RR belum pernah jadi anggota DPR, Bupati maupun Gubernur bahkan anggota partai yang berbeda-beda.

Nah, yang membuat saya sedih bercampur gembira, ungkapan Ahok sebagai Gubernur DKI mulai menyetarakan diri dengan jabatan menteri yang dibenarkan undang-undang. Namun ungkapan ini dapat saya artikan sebagai harapan (cita-cita) Ahok ke depan : menjadi menteri!

Banyak hal lain yang rasanya tidak pantas Ahok lakukan melalui media: head to head dengan RR. Lain halnya jika Ahok sedang berusaha menaikkan ratingnya di publik melalui media sosial maupun media lainnya. Itu pun, yang saya fahami seminggu belakangan ini rating Ahok menurun.

Pada dasarnya saya mengagumi kinerja Ahok, terutama dalam bertindak memperbaiki birokrasi dan membuka yang selama ini tertutup dan meluruskan yang bengkok dalam kinerja pemerintahan DKI. Baik melalui system computer maupun melalui youtube dan media lainnya.

Untuk keberanian ini saya acungkan jempol setinggi-tingginya, salut dan rasa hormat saya padamu Hok. Sungguh. (Tapi) berlaku santun dalam hidup juga penting Hok.

Tauladan seperti ini banyak. Yang teranyar Pak Jokowi sendiri. Santun, tegas, jujur, berani dan mengutamakan kepentingan rakyat adalah tauladan yang telah diberikan Pak Jokowi sejak dari Solo, DKI dan terakhir sebagai Presiden.

Ahok kan berteman baik dengan pak Jokowi. Sebagai kawan baik, sepantasnya Ahok tidak menjadi beban Bapak Presiden. Perjalanan bangsa ini menuju adil dan makmur masih jauh Hok.

Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini saya tidak mau berpanjang kalam, membuka semua kontradiksi Ahok disurat ini. Saya justru mau memberi masukan, tepatnya nasehat padamu Hok dalam bentuk ungkapan ataupun kata bijak, karena saya percaya ‘hanya keledailah yang tidak pernah belajar dari kesalahan dan kegagalannya’

1. Di atas langit ada langit.

2. Diam itu adalah emas.

3. Berjalanlah sampai ke batas.

4. If you want go fast, go alone. If you want go far, go together.

Sekian dulu Hok, semoga Tuhan melindungimu dan mengabulkan doamu.

Sekjen Seknas JOKOWI Osmar Tanjung

Artikel ini ditulis oleh: