Airlangga sendiri telah membantah jika dirinya diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Bogor, Sabtu (24/3) lalu lantaran adanya bola panas yang diarahkan oleh terdakwa kasus korupsi pengadaan e-KTP Setya Novanto (Setnov) kepada dua politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Bantahan ini dilontarkannya usai menemui Ketua Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie serta beberapa anggota Dewan Pembina partai tersebut di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Selasa (27/3) malam.

Airlangga menegaskan, pertemuan dengan Jokowi di Bogor sama sekali tidak berhubungan dengan ucapan Setnov. “Enggak ada (hubungannya dengan pernyataan Setnov),” jawabnya singkat sembari berjalan ke mobilnya.

Di tempat yang sama dengan Airlangga, politisi Golkar lainnya, Melchias Marcus Mekeng mempunyai pandangan yang lain. Secara tersirat, ia mengatakan jika pihaknya merasa optimis jika Airlangga dapat menjadi cawapres Jokowi dalam Pilpres nanti.

Menurutnya, Jokowi membutuhkan sosok yang mengerti tentang ekonomi guna merealisasikan janji-janji kampanyenya dalam Pilpres edisi lalu. Salah satu hal krusial adalah pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan akan mencapai 7% dalam kepemimpinan Jokowi.

Kenyataannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama empat tahun kepemimpinan Jokowi tidak pernah menembus 6%, atau terjebak pada kisaran 5% saja.

“Itukan (Jokowi) butuh pendamping yang punya visi ekonomi kuat, jaringan partai juga kuat supaya bisa back up di parlemen,” kata Mekeng.

Ketua Fraksi Golkar ini menegaskan, kriteria tersebut pun mengarah pada Airlangga seorang. Dengan demikian, ia optimis jika Jokowi akan memilih Airlangga sebagai pendampingnya dalam kontestasi nanti, meskipun semua partai koalisi pemerintahan sepakat jika penentuan Cawapres akan dilakukan usai pelaksanaan Pilkada serentak 2018.

Tidak hanya itu, Mekeng pun menyatakan jika diterimanya Airlangga oleh Jokowi dapat mengubah peta koalisi pemerintahan.

“Kalau menurut saya, koalisi ini sebetulnya sudah kelihatan mana yang di dalam Jokowi dan mana yang di luar Jokowi,” ungkapnya.

Sudah jadi rahasia umum, sejumlah petinggi parpol koalisi tengah memperebutkan kursi Cawapres dalam Pilpres 2019. Selain Airlangga, terdapat tiga nama lain yang menjadi kandidat pendamping Jokowi, yaitu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto dan Ketua Umum PPP M. Romahurmuziy.

Nama terakhir sendiri masih malu-malu lantaran hingga kini belum menegaskan keinginannya untuk mendampingi Jokowi kepada publik.

Mekeng menambahkan, ia tidak akan kaget jika nantinya terdapat parpol pendukung pemerintah yang keluar gerbong lantaran tidak mendapat posisi yang diinginkan.

“Kemungkinan bisa saja terjadi, ini kan masih ada waktu berapa bulan dan itu bisa terjadi. Detik-detik terakhir terjadinya poros baru,” jelas Mekeng.

Ucapan Mekeng sendiri terkonfirmasi oleh Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB, Jazilul Fawaid. Menurut Jazilul, sangat mungkin pihaknya akan menarik dukungan terhadap Jokowi apabila Cak Imin tidak terpilih sebagai cawapres.

Ia menegaskan, Cak Imin dapat bermanuver dengan maju sebagai capres jika tidak dipilih Jokowi dalam Pilpres 2019.

“Ya nyapres. Kalau nyapres berarti bertanding. Kalau diterima dan memungkinkan, nyapres,” kata Jazilul di komplek DPR, Jakarta, 26 Maret 2018.

Tunggu Muspimnas

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby