Ketua DPR RI Setya Novanto bersama Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari, Wakil Ketua Banggar DPR Azis Syamsudin, Ketua BURT DPR Roemkono dan Wakil Ketua MPR Mahyudin, melakukan pemantauan harga sembako di Pasar Pandansari, Kalimantan Timur, jelang bulan suci Ramadhan, Senin (22/5). Foto: Aktual.com

Denpasar, Aktual.com – Ketua DPR RI, Setya Novanto menggelar dialog kebangsaan bertema ‘Menjaga Ideologi Pancasila dan Keutuhan NKRI’ di rumah makan Pondok Kuring, Denpasar, Rabu (24/5).

Dalam kegiatan yang dihadiri sejumlah tokoh masyarakat itu Setya mengapresiasi digelarnya dialog kebangsaan tersebut. Ia menekankan jika dialog ini bertepatan dengan momentum kebangsaan ketika berbagai elemen masyarakat menggelorakan perpecahan NKRI.

“Saya apresiasi menyambut baik dialog kebangsaan ini. Momentumnya tepat ketika berbagai elemen dan masyarakat mengobarkan semangat perpecahan, karena momentumnya sangat tepat dengan munculnya ancaman kesatuan dan persatuan bangsa,” ujarnya.

Saat ini di tingkat akar rumput muncul kelompok-kelompok masyarakat yang secara terang-terangan ingin mengganti ideologi Pancasila. Salah satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang kemudian diputuskan untuk dibubarkan pemerintah.

Selain itu, perpecahan di tengah masyarakat dinilai Setnov imbas dari Pilkada, khususnya Pilkada DKI Jakarta. Ketum Golkar itu mengaku menyaksikan secara seksama bagaimana perpecahan itu terjadi. Perpecahan timbul lantaran fitnah dan kebencian terhadap suatu kelompok oleh kelompok lainnya yang terus disemai.

“Saya menyaksikan perpecahan masyarakat imbas dari persaingan Pilkada. Kenapa sekarang masyarakat mudah tersulut emosi, terpengaruh fitnah dan kebencian kelompok yang tidak bertanggung jawab. Bukankah kita masyarakat Indonesia yang cinta damai dan persatuan,” ujar Setnov.

Menurutnya, Indonesia dibangun atas dasar konsensus kebangsaan dengan Pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila pula yang mempersatukan seluruh rakyat Indonesia tanpa adanya perbedaan.

“Negara kita dibangun atas dasar konsensus bersama dengan Pancasila yang melindungi segala perbedaan atas suku dan lainnya. Selaku Ketua DPR saya mengajak semua elemen untuk kembali kepada ideologi Pancasila, UUD 1945, faham kebhinekaan dan tinggalkan segala sesuatu yang mengarah pada perpecahan,” ajak Setnov.

Pada saat sama, ia memuji konsep Tri Hita Karana yang dianut oleh masyarakat Hindu Bali. Konsep hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam semesta dan hubungan manusia dengan manusia itu menurutnya adalah kunci bagi masyarakat Bali menjaga keharmonisan.

Konsep itu pula yang membuat warga Bali begitu menghormati dan menghargai toleransi antar-umat beragama. Tiga konsep dasar ini yang melandasi dan menjadikan dasar masyarakat Bali, ssehingga masyarakat Bali menjaga keseimbangan dan kehidupan, mejaga kerukunan antar-umat beragama.

Setnov mengaku telah keliling ke seluruh wilayah Indonesia. Ia melihat langsung bagaimana konsep keagamaan selalu didengungkan untuk timbulnya perpecahan.

Berangkat dari situ, ia menilai konsep Tri Hita Karana sebagai filosofi masyarakat Hindu Bali sebagai kekuatan besar untuk kembali merekatkan hubungan masyarakat yang terkotak-kotak.

“Filosofi masyarakat Bali itu kekuatan luar biasa. Secara historis selalu melibatkan berbagai suku. Secara politis sikap politik masyarakat Bali komitmen terhadap NKRI. Bali tempat sangat strategis. Budayanya sangat kuat,” demikian Setnov.

(Bobby Andalan)

Artikel ini ditulis oleh: