Gara-gara serangan senjata kimia ke kota Khan Sheikhoun, Suria, isu persenjataan kimia atau biologis nampaknya mulai marak kembali jadi sorotan.

Terlepas bahwa pemerintahan Bashar al Assad memang berkepentingan untuk menguasai kota Khan Sheikhoun yang secara geografis terletak di titik temu tiga provinsi di Suriah, namun siapa penggagas serangan penggunaan senjata kimia tersebut masih tetap jelas.

Kalau menelisik kesejarahannnya, penggunaan senjata biologi atau kimia untuk pertama kali tercatat sejak 1916 dan 1918 Amerika Serikat dan Inggris telah menggunakan 125.000 ton phosgene, mustard gas, dan khlor dalam proyektil yang digunakan untuk melawan tentara Jerman pada Perang Dunia I, sehingga mengakibatkan kurang lebih 400.000 personil tentara Jerman tewas.

Menurut beberapa riset, termasuk Jerry D Gray dalam bukunya bertajuk Deadly Mist, Upaya Amerika Merusak Kesehatan Manusia, Inggris dan Amerika Serikat sangat senang menggunakan phosgene, yang memiliki konsentrat yang mematikan 1/18 dari jumlah gas khlor dapat menimbulkan kematian yang hebat.

Pada Perang Dunia I tahun 1916, dalam Perang Somme, kekuatan sekutu yang dimotori Inggris dan Amerika Serikat menggunakan kombinasi gas phosgene dan khlor sepanjang 17 mil atau 27,3 kilometer di belakang garis pertahanan Jerman.

Adapun cerita tentang gas mustard lain lagi. Mulanya, gas mustrard akan menimbulkan iritasi kecil pada mata dan tenggorokan korban. Kemudian bertambah parah disertai dengan rasa sakit yang amat sangat. Gas mustard merupakan agen pans yang melepuhkan, dan menimbulkan pendarahan dan luka-luka di kulit juga paru-paru dan mata.

Pada 1920-an dan 1930-an, tentara AS menggunakan gas mustard terhadap laki-laki, perempuan, dan anak-anak di Filipina dan Puerto Rico yang pada waktu itu melancarkan perjuangan melawan pendudukan pasukan AS.

Lantas, bagaimana asal-muasalnya sampai ada yang namanya persenjataan kimia dan biologis seperti sekarang ini? Nampaknya hal ini harus dilacak ketika pemerintah Amerika Serikat melancarkan sebuah operasi intelijen bernama Operation Paperclip pada akhir masa Perang Dunia II.

Gagasannya adalah, pemerintah AS mempekerjakan ratusan dokter-dokter eks NAZI Jerman dan fasisme Jepang yang berpengalaman dalam eksperimen-eskperimen yang sadistis dan tidak manusiawi terhadap para tahanan perang.

Salah satu dokter dari Jepang adalah Direktur Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang unit perang biologi, Dr Shiro Ishii. Dokter inilah yang memerintahkan penggunaan agen-agen kimia dan biologis terhadap tahanan perang tentara Amerika, Inggris, Australia, Rusia dan Cina.

Ishii bereksperimen dengan syphilis, typhoid-laced tomatoes, tetanus, plague-infected fleas, selain juga bom-bom bibit penyakit yang dijatuhkan ke warga sipil dan tahanan yang diikat telanjang di tiang kayu. Mereka yang mampu bertahan dari eksperimen ini kemudian dibedah untuk diteliti tanpa anestesi oleh dokter Shiro Ishii.

Ironisnya, AS sebagai negara pemenang Perang Dunia II dan motor dari tentara sekutu, tentara Amerika malah merekrut untuk menggunakan keahliannya dokter Shiro Ishii. Bahkan Ishii dijadikan sebagai dosen tamu di Pusat Senjata Biologi Angkatan Darat di Frederich Maryland, Amerika Serikat.

Begitulah, Ishi yang sejatinya salah satu penjahat perang pemerintahan fasisme Jepang, berdasakran perjanjian antara Jenderal Douglas McArthur dan Shiro Ishii, Ishii bergabung denga lembaga penelitian rahasia Pemerintah Amerika, dibayar mahal, dan hidup tenang tanpa harus dikejar-kejar sebagai penjahat perang.

Ini baru sebagian dari cerita. Dua dokter Nazi Jerman, Josef Mengele atau yang dikenal dengan nama pendeknya, malaikat maut, sebelum dan selama AS berperang dengan Nazi Mengele dan beberapa dokter Nazi lainnya didanai melalui Rockefeller Foundation. Ini jelas aneh, karena AS dan Inggris pada waktu itu merupakan musuh utama Jerman hingga berakhirnya Perang Dunia II.

Belakangan terungkap bahwa beberapa ilmuwan Nazi Jerman sudah sejak lama menjalin hubungan akrab dengan Allen Dulles, yang kelak ketika Dwight Eisenhower jadi presiden AS, Allen Dulles diangkat menjadi Direktur badan intelijen AS CIA.

Jadi rupanya, sejak 1944, ketika CIA masih bernama Office of Strategic Services (OSS), Dulles yang kala itu menjabat sebagai Kepala Operasi Intelijen OSS di Eropa, punya ide merekrut dan membawa ribuan perwira intelijen Nazi, industrialis, dan para ilmuwan ke Amerika untuk bekerja pada pemerintah di berbagai bidang yang dikontrol OSS, yang kemudian diteruskan oleh CIA.

Ketika pada Juli 1945 Dulles melancarkan Operation Overcast, Amerika berhasil merekrut 350 ilmuwan Nazi, perancang senjata kimia, dan insinyur dan ahli roket dan balistik. Beberapa nama yang masuk kategori kelas kakap adalah Wernher von Braun, Arthur Rudolph dan Hermann Obvert. Ketigannya, merupakan sebenarnya termasuk para ilmuwan Jerman Nazi yang masuk kateroti penjahat perang kelas kakap, yang seharsunya diseret ke pengadilan Nurenberg. Tapi rupanya ini baru gelombang pertama.

Dalam gelombang kedua, ketika Dulles meluncurkan Operation Paperclip, lebih dari 1000 dokter Nazi dan ilmuwan yang berada dalam kendali tentara SS fasis Jerman, secara illegal dibawa masuk ke Amerika Serikat, yang mana kemudian mereka dipekerjakan dalam perusahaan-perusahaan kelas atas dan lembaga-lembaga pemerintah termasuk di NASA dan CIA. CIA merupakan badan intelijen sebagai pengganti dari OSS.

Ringkas cerita, muasal dari adanya persenjataan kimia, bermula ketika AS merekrut dokter-dokter ahli senjata kimia Nazi dan Jepang. Maka sejak itu, mulailah serangkaian keterlibatan tentara AS dalam uji coba maupun penggunaan persenjataan kimia.

Pada 1953, suatu zat kimia, zinc cadmium sulphide , disiram di atas Winnipeg Kanada, sebuah kota dengan lebih dari 500.000 penduduk. Militer AS mengklaim bahwa zat kimia ini telah diubah menjadi bentuk yang 1000 persen aman sehingga tidak ada yang akan mengidap kanker.

Pertanyaannnya kemudian, kenapa Kanada kok mau-maunya mengizinkan uji coba gila-gilaan pihak AS yang wilayah kedaulatannnya? Jawabannya tiada lain Kanada sendiri memang salah satu sponsor dari eksperimen tersebut. Sebab kalau memang tidak terlibat, tindakan AS di Winnipeg itu bisa dikategorikan tindakan perang.

Yang jelas, di era pemerintahan Ronald Reagan dan HW Bush, pengembangan dan uji coba senjata-senjata biologi semakin intensif. Alasannya, pihak AS menduga Rusia juga mengembangkan senjata penyerang biologi sehingga pemerintah AS berdalih untuk melanjutkan uji coba senjata biologi dan riset pengembangan dalam ilmu pertahanan biologi.

Maka kemudian diluncurkanlah Program Riset Pertahanan Biologi dengan dalih bahwa Keamanan Nasional sedang terancam. Maka selain uji coba senjata biologi/kimia yang ditujukan terhadap warga negara AS itu sendiri sebagai kelinci percobaan, pemerintahan Reagan-Bush kemudian menggunakan senjata kimia terhadap negara lain, seperti Nikaragua dan Peru.

Kala itu, AS mendukung rejim Sandinista untuk menumpas kelompok-kelompok perlawanan yang berbasis di Managua. Celakanya, AS menggunakan metode terorisme dan klandistisn, termasuk dalam penggunaan senjata biologi. CIA melakukan penerbangan “pengintaian” di atas ibu kota Managua. Dalam beberapa hari setelah penerbangan rendah, epidemic demam berdarah terjadi di Managua. Lebih dari 50 ribu orang terjangkiti.

Pada 1950, CIA beraksi dengan izin dari Pemerintah AS, menggunakan agen-agen biologi, seperti anthrax, kutu-kutu, dan nyamuk-nyamuk yang telah terkontaminasi penyakit kuning untuk menyeang penduduk sipil di Cina dan Korea Utara.

Pada akhir 1980, penduduk -pernduduk di desa Peru  melaporkan bahwa helicopter Amerika terlihat di atas desa dan sawah mereka, melepaskan “asap kecoklatan.” Beberapa minggu kemudian terlihatnya “asap kecoklatan,” terjadilah wabah fusarium.

Fusarium adalah jamur yang sangat beracun yang digunakan dalam perang biologi yang menyerang tanaman pertanian dan sistem kekebalan tubuh manusia.

Bahkan Donald Rumsfield, mantan menteri pertahanan AS, pada 2001 mengakui  bahwa Pentagon telah mengoperasikan pabrik kuman yang telah menghasilkan bakteri berbahaya yang mampu membunuh jutaan manusia. Padahal pada 1972 telah dikeluarkan sebuah pakta yang melarang penggunaan senjata yang dapat digunakan sebagai penghancur missal.

 

Hendrajit