Jakarta, Aktual.com – Myanmar membuat persiapan akhir untuk menampung kelompok pertama Muslim Rohingya yang melarikan diri akibat konflik di negara bagian Rakhine, media negara malaporkan pada Sabtu (20/1).

Menteri Besar Rakhine, Nyi Pu yang mengunjungi kamp-kamp repatriasi di negara bagian itu menyaksikan pekerjaan pembangunan berbagai sarana seperti klinik dan infrastruktur sanitasi hampir rampung, demikian harian the Global New Light of Myanmar.

Harian itu menyiarkan foto rombongannya berdiri di sebuah rumah kayu yang panjang. Rumah itu akan digunakan untuk menampung pengungsi yang kembali ke kamp dekat kota Maungtaw. Pagar terbuat dari kawat berduri tampak di belakang foto tersebut.

Lebih 655.500 orang Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh setelah militer Myanmar melancarkan operasi sebagai balasan terhadap serangan-serangan militan atas pasukan keamanan pada 25 Agustus. PBB melukiskan operasi tersebut sebagai pembersihan etnik Rohingya, yang Myanmar bantah.

Myanmar akan mulai menerima pengungsi Rohingya dari Bangladesh di dua pusat penerimaan dan kamp sementara dekat Maungtaw mulai Selasa dan berlanjut hingga dua tahun mendatang, berdasarkan perjanjian yang dua negara bertetangga itu tandatangani pekan ini.

Bangladesh akan menyediakan daftar mereka yang akan pulang dengan formulir yang menyebutkan tempat tinggal mereka di Myanmar, kata harian itu. Ditambahkan, sejumlah pengungsi akan melintas lewat darat dan lainnya melalui sungai di sepanjang perbatasan keduanya, katanya.

Para pengungsi Rohingya di kamp Kutupalong di Bangladesh enggan kembali sampai Myanmar dapat menjamin keselamatan mereka. Ini salah salah satu tuntutan mereka dalam petisi yang dibuat para pemimpin kamp dan diperlihatkan kepada Reuters.

Kendati Myanmar sudah siap menerima orang-orang Rohingya pekan depan, masih banyak lagi orang-orang Rohingya melarikan diri karena militer belum menghentikan operasi di Rakhine. Mereka yang baru tiba di kamp pengungsi mengatakan kepada Reuters.

Lebih 100 orang Rohingya dari Rakhine melarikan ke Bangladesh dan banyak lagi menunggu untuk melintasi sungai Naf yang jadi pemisah wilayah kedua negara itu.

Para pemberontak Rohingya mengatakan pada Sabtu bahwa rencana pemulangan itu “tak dapat diterima” dan pemerintah teroris Burma menipu dengan memberikan tawaran kepada para pengungsi untuk tinggal di kamp-kamp sementara”. Burma adalah nama Myanmar di masa lalu.

“Para pengungsi Rohingya yang dipulangkan dari Bangladesh tak akan pernah dapat tinggal di tanah-tanah leluhur dan desa-desa mereka,” kata Tentara Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) dalam sebuah pernyataan di Twitter.

Ditambahkan, para pengungsi akan menghabiskan sisa waktu mereka di kamp-kamp konsentrasi dan juga generasi-generasi mendatang.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka