Jakarta, Aktual.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Sirodj, membantah jika terdapat persaingan antara pihaknya dengan Muhammadiyah dalam polemik “full day school”. Menurutnya, penolakan terhadap full day school yang dilontarkan PBNU sama sekali tidak berhubungan dengan latar belakang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhajir Effendi yang berasal dari ormas Muhammadiyah.

“Saya menolak full day school bukan karena menterinya dari Muhammadiyah, demi Allah bukan karena itu,” ungkap Said dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (7/7).

Menurut Said, PBNU akan melawan keras siapa pun pihak yang mengeluarkan wacana full day school, meskipun dari NU sekalipun.

“Meskipun menterinya dari NU atau dari mana pun menterinya, saya akan lawan keras,” tegasnya.

Bagi Said, polemik ini murni karena soal kekhawatirannya terhadap degradasi moral dan ahlak para generasi muda Indonesia terhadap ajaran agama Islam. Walaupun dalam sekolah umum diajarkan pendidikan agama Islam, Said menyatakan bahwa pendidikan agama yang diajarkan dalam sekolah umum hanyalah permukaan kulit saja.

Kekosongan inilah, lanjutnya, yang akan diisi dan diperankan oleh madrasah-madrasah yang ada di seluruh penjuru Indonesia.

“Saya justru siap mendukung Mendikbud sampai akhir periode, asal jangan utak-atik soal waktu sekolah saja,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, NU bersama 13 ormas Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) menyatakan sikap untuk menolak aturan full day school.

Selain NU, 13 ormas lainnya yakni Syarikat Islam Indonesia, Al Irsyad Al-Islamiyah, Majelis Az-Zikra, Al Washliyah, Persatuan Islam (Persis), Persatuan Tarbiyah Islamiyyah (Perti), Mathlaul Anwar, Hmpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI), Al Ittihadiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PIti), Ikatan Dai Indoneia (Ikadi), Persatuan Umat Islam dan Nahdlatul Wathan (NW).

 

Laporan Teuku Wildan

Artikel ini ditulis oleh: