Sadiq Aman Khan menjadi berita di media internasional pada 2016, setelah terpilih menjadi Walikota London, Ingggris. Maklum, politikus Inggris dan anggota Partai Buruh kelahiran London, 8 Oktober 1970, ini adalah orang Islam pertama yang terpilih jadi Walikota London.

Sebelumnya, Khan adalah anggota parlemen untuk wilayah Tooting, semenjak ia terpilih dalam pemilihan umum Britania Raya 2005. Secara ideologis, Khan merupakan seorang demokrat sosial yang moderat.

Khan meraih gelar sarjana hukum di Universitas London Utara. Ia lalu berprofesi sebagai pengacara, dengan spesialisasi bidang hak asasi manusia (HAM) dan banyak menangani kasus diskriminasi rasial. Khan pernah menjabat sebagai kanselir di London Borough of Wandsworth (1994 – 2006).

Pada 2008, ia diangkat sebagai Menteri Negara untuk Komunitas oleh Perdana Menteri Gordon Brown, dan menjadi warga keturunan Pakistan kedua yang menjabat di pemerintahan. Khan lalu menjadi Menteri Negara untuk Transportasi. Ia bergabung dengan kabinet bayangan Ed Miliband sebagai Secretary of State for Justice bayangan dan Lord Chancellor bayangan pada 2010.

Pada 2013, ia juga diangkat sebagai Menteri untuk London bayangan. Pada 11 Mei 2015, ia mengundurkan diri dari kabinet bayangan ini untuk menjadi calon wali kota Partai Buruh. Pada 11 September 2015, Khan diusung sebagai calon wali kota London oleh Partai Buruh.

Ia kemudian terpilih sebagai Wali Kota London pada 7 Mei 2016. Dengan perolehan suara 57 persem, Khan mengalahkan kandidat dari Partai Konservatif, Zac Goldsmith, dalam pemilihan umum putaran kedua.

Khan merupakan anak kelima dari delapan bersaudara (tujuh anak laki-laki dan seorang perempuan). Ia terlahir di keluarga imigran asal Pakistan. Kakek dan neneknya bermigrasi dari India ke Pakistan setelah pembagian India pada 1947.

Orang tuanya bermigrasi ke Inggris sebelum Khan lahir. Ayahnya yang sudah meninggal, Amanullah Khan, bekerja sebagai supir bus selama lebih dari 25 tahun. Ibunya, Sehrun, adalah seorang penjahit.

Sebagai salah satu pemimpin Muslim di dunia Barat, sosok Khan menjadi sorotan dunia. Apalagi di Kota London, hanya 12 persen penduduknya yang beragama Islam. Menurut data terbaru, sebanyak 12,4 persen penduduk Inggris beragama Islam, 48,4 persen Kristen, 1,8 persen Yahudi, dan 20,7 persen ateis.

Kota London memiliki arti penting bagi Khan. London memberinya kesempatan untuk berkembang sangat besar dari sebelumnya.

Setelah terpilih jadi wali kota, Sadiq Khan menekankan, dia bukan pemimpin umat Islam, melainkan mewakili semua penduduk ibu kota Inggris itu. “Saya bukan pemimpin atau juru bicara Muslim. Saya wali kota London, dan saya berbicara untuk semua warga London,” ujarnya.

Khan menambahkan, meski demikian, pemilihan wali kota membuktikan bahwa ternyata sangat mungkin seorang Muslim sekaligus menjadi warga sebuah negara Barat. “Menjadi Muslim sekaligus warga (negara) Barat sangat memungkinkan. Nilai-nilai Islam dan Barat memiliki banyak kesesuaian,” tegasnya.

Namun, Khan punya pandangan “progresif,” yang mungkin tidak bisa diterima di banyak kalangan Muslim sendiri. Pemenang Politician of The Year dalam ajang penghargaan British Muslim Awards 2016 itu mengaku sempat dikirimi ancaman pembunuhan, setelah menyetujui Undang-undang pernikahan sesama jenis pada 2013.

Berbagai tabloid lokal juga melaporkan, imam masjid di Kota Bradford, Inggris, sempat mengatakan bahwa Khan sudah murtad (keluar dari Islam). Gara-gara ini, Khan sempat mendapat pengawalan polisi.

Tentang posisi Inggris di Uni Eropa, Khan mendukung agar Inggris tetap menjadi bagian dari Uni Eropa, karena keanggotaan dalam organisasi ini sangat memengaruhi kemakmuran Inggris. “Sangat penting bagi Inggris untuk tetap menjadi bagian dari Uni Eropa. Setengah juta lapangan pekerjaan terkait langsung dengan Uni Eropa,” tambah Khan.

Seperti jutaan warga Inggris lainnya, Khan juga penggemar berat olahraga. Uniknya, pria berusia 46 tahun tersebut tidak membela klub asal London, melainkan merupakan penggemar berat klub sepak bola Liverpool.

“Pengalaman pertama saya menonton sepakbola adalah saat menonton Chelsea di Stamford Bridge bersama dua kakak saya, dan mendapatkan kekerasan diskriminatif di sana,” ujar Khan menjelaskan, mengapa ia memilih The Merseyside daripada klub London.

Selain sepakbola, Khan juga merupakan penggemar klub kriket Surrey Country dan sering berlatih olahraga tinju dengan saudaranya

Khan menikahi Saadiya Ahmed, yang juga berprofesi sebagai pengacara pada 1994. Mereka dikaruniai dua anak perempuan, yaitu Anisah (lahir 1999) dan Ammarah (lahir 2001). ***

Artikel ini ditulis oleh: