Rizal Ramli:  Rupiah Tembus Rp15 Ribu Per Dolar AS Baru Permulaan

Ekonom senior Rizal Ramli mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah menembus Rp15.000 merupakan awal yang harus diwaspadai oleh pemerintah maupun bank sentral.

“Apakah Rp15 ribu sudah merupakan akhir? kami mohon maaf, karena ini baru permulaan,” kata Rizal Ramli.

Depresiasi rupiah akan terus berlanjut karena Bank Sentral AS (the Fed) masih akan menaikkan suku bunga acuan hingga akhir tahun. Kondisi tersebut dapat memicu pembalikan modal dari negara berkembang dan membuat mata uang Rupiah mengalami perlemahan.

Selain itu, indikator ekonomi negatif yang melanda negara-negara berkembang dan perang dagang antara AS dengan para mitra dagang utama juga bisa berdampak kepada pelemahan rupiah. Untuk memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan secara drastis, salah satunya dengan menekan impor, bukan hanya barang konsumsi, namun juga bahan baku atau modal yang selama ini membebani neraca perdagangan.

“Kenapa tidak fokus untuk menekan 10 bahan impor Indonesia yang besar, seperti baja? Kalau hanya barang konsumsi, efeknya kecil,” katanya.

Rizal juga mengusulkan adanya revisi UU lintas devisa dan sistem nilai tukar untuk memaksa devisa hasil ekspor masuk ke Indonesia.

“Kalau mau badan kita sehat, seluruh ‘revenue’ ekspor harus masuk ke dalam. Indonesia masih rentan terhadap ini,” katanya.

Senada dengan Rizal, Ekonom Ichsanuddin Noorsy mengatakan bahwa untuk mengatasi persoalan ekonomi saat ini, diperlukan reformasi Undang-undang yang menyangkut kapitalisme.  Pertama, merevisi lalu lintas devisa dari sisi nilai tukar, kedua terkait UU penanaman modal.

“Hanya dua cara mengambil jantung kapitalisme, UU 24/99 tentang lalu lintas devisa dari sisi nilai tukar dan UU penanaman modal 25/07,” terangnya.

Selanjutnya, Make Up Pemerintah, ‘Ekonomi Indonesia Baik-baik Saja’

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka