Wina, Aktual.com – Lebih dari 20 ribu orang turun ke jalan-jalan di Wina pada Sabtu (3/10) waktu setempat, untuk menunjukkan dukungan mereka kepada para pendatang sekaligus menolak pendapat yang berkembang dari partai sayap kanan antiimigrasi, Partai Kebebasan (FPO).

Bulan lalu saja, sekitar 200 ribu pengungsi dan pendatang –banyak di antara mereka melarikan diri dari perang di Suriah– masuk ke negara berpenduduk 8,5 juta jiwa itu, memicu dukungan untuk FPO di pemilihan tingkat daerah dan nasional.

Para pengunjuk rasa, termasuk siswa dan keluarga yang memiliki anak-anak, berjalan menuju parlemen sambil memegang poster bertuliskan “Propengungsi, kontra-FPO” dan “Tidak ada dinding di seluruh Eropa”.

Pemimpin FPO, Heinz-Christiaan Strache, yang berjanji melindungi apa yang disebutnya sebagai identitas Kristen dan Barat milik Austria, mencalonkan diri sebagai wali kota Wina pada pemilihan 11 Oktober mendatang.

“Kami sangat khawatir jika Strache menang dalam pemilu,” kata Christof, pemuda 28 tahun yang bekerja di bagian administrasi kota, yang mengenakan lencana dengan gambar wajah Strache yang dicoret, dikutip dari Reuters, Minggu (4/10).

Strache sendiri terus menyerukan pembangunan pagar pembatas di sekeliling Austria untuk membendung arus pendatang yang sebagian besar melintasi negara tersebut untuk menuju Jerman.

Hanya 9.000 pendatang meminta suaka di Austria bulan lalu, sementara sisanya mencari tempat tinggal jauh di utara Eropa.

Di Finlandia, diperkirakan sekitar 50 ribu pencari suaka telah mencapai negara tersebut dibandingkan 3.600 pendatang pada 2014. Ratusan orang berunjuk rasa untuk mendesak pemerintah pusat agar menekan imigrasi.

Salah satu negara Nordik yang terkena resesi itu sedang berjuang mengatasi gelombang demonstran yang menggelar reli antiimigrasi di Tornio, Helsinki, Lahti, dan beberapa kota lain yang menganggap pihak berwenang terlalu banyak membantu para pendatang.

“Kami ingin negara mengurus rakyat mereka sendiri,” kata Junes Lokka, salah satu dari sekitar 400 orang yang ikut berdemonstrasi di Tornia, beberapa di antaranya berteriak “tutup perbatasan”.

Tertarik dengan adanya komunitas Irak dan kriteria suaka yang mudah, pengungsi Irak dalam beberapa bulan terakhir melakukan perjalanan melalui Eropa Tengah dan Swedia, melintasi perbatasan Finlandia lewat sebuah kota kecil Tornio yang terletak di dekat Lingkar Kutub Utara.

“Daripada menerima para pencari suaka yang datang (lewat) Swedia, kita seharusnya mengembalikan mereka,” ujar Lokka.

Sementara itu, beberapa gerakan antiprotes dilakukan oleh kelompok antirasisme untuk mendukung pendatang di negara yang dihuni 5,5 juta orang itu.

Perdana Menteri Juha Sipila sendiri menunjukkan keterbukaannya terhadap para pengungsi, menawarkan rumahnya di bagian utara untuk digunakan bagi pencari suaka. Namun, krisis migran merupakan tantangan besar bagi partai The Finns, yang sejak lama berkampanye untuk memperketat kontrol imigrasi.

Artikel ini ditulis oleh: