Jakarta, Aktual.co — Ibarat pepatah “kejujuran akan membimbing pada kebaikan”. Begitu pula, kebaikan yang dilakukan akan senantiasa membimbing seseorang nantinya menuju Surga. Pepatah di atas, yang dimaksud adalah cerita fiksi, dengan niat sebaik apapun termasuk “berdakwah”, tetaplah kedustaan.

Sehingga tak sepantasnya anak-anak kita dijejali oleh beragam cerita dongeng atau mengada-ada yang hanya akan memperkuat fantasi khayalnya. Apalagi cerita-cerita tersebut, baik yang berbentuk cerpen, komik, ataupun novel, dan mengandung hal-hal yang bisa merusak akidah mereka nantinya.

Pada hakekatnya, baik anak-anak maupun orang dewasa sangat menyukai cerita atau dongeng. Cerita memang bisa menjadi media yang sangat efektif untuk menyampaikan dan menanamkan berbagai nilai, baik positif maupun negatif, pada diri anak.

Namun sayang, saat ini sebagian besar cerita yang disuguhkan kepada anak-anak adalah cerita fiksi. Dengan kata lain, menyuguhkan kedustaan dan khayalan. Ironisnya, cerita-cerita seperti inilah yang justru digemari oleh anak-anak, termasuk anak-anak kaum muslimin.

Karakter-karakter khayal dan asing dengan alur cerita yang mengasyikkan membuat mereka menjadi pengkhayal, ingin menjadi seorang “jagoan” yang perkasa atau seorang “putri” yang lembut dan jelita.

Belum lagi, jika melihat isi cerita pun turut mendukung kerusakan yang ada. Cerita yang seram dan menakutkan membuat anak menjadi ciut nyali dan kehilangan keberaniannya. Bahkan banyak cerita yang nyaris meruntuhkan tauhid.

Cerita tentang “kantong ajaib” sampai “peri yang baik” bisa membuat anak percaya, segala yang mereka inginkan bisa tercapai bukan melalui kekuasaan Allah SWT.

Kalaupun ada cerita bertema agama seringkali yang ada adalah cerita rekaan, atau kisah-kisah yang benar namun dibumbui dengan berbagai tambahan dan pengurangan. Bukankah hal itu akan berujung pada kedustaan?

Tidak dipungkiri, cerita dapat menimbulkan pengaruh bagi yang mendengar atau membacanya. Oleh karena itulah di dalam Al Quran kita dapati berbagai kisah yang bermanfaat, tentang para nabi ataupun umat-umat terdahulu. Begitu pula Rasulullah SAW, menuturkan kisah-kisah dengan bahasa yang begitu fasih, penyampaian yang begitu jelas dan gamblang.

Hanya saja bedanya, kisah-kisah dalam Al Quran maupun yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW berisi tentang kenyataan yang benar-benar terjadi dan jauh dari sekadar dusta dan khayalan.

Dalam ulasan singkat ini, redaksi hanya ingin mengajak sharing kepada pembaca intinya. Karena semua ini tergantung kepada pribadi Anda masing-masing untuk menilainya, karena tugas terpenting kita sebagai orang tua selalu memberikan hal  baik dan bijaksana kepada anak-anak kita semua nantinya. Selain itu, redaksi juga tidak mau, memprovokasi pembaca agar nantinys tidak menyukai sebuah cerita ataupun dongeng. (Dikutip Dari Berbagai Sumber)

Artikel ini ditulis oleh: