Inggris berencana meriis rancangan undang-undang yang dirancang untuk membatasi harga energi yang ditujukan untuk jutaan konsumen rumah tangga. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com-Inggris berencana meriis rancangan undang-undang yang dirancang untuk membatasi harga energi yang ditujukan untuk jutaan konsumen rumah tangga. RUU pembatasan harga energi itu sebagai langkah untuk memperbaiki pasar energi yang telah merugikan konsumen selama ini.

Perdana Menteri Theresa May, pertama kali mengusulkan RUU pembatasan harga energi itu di awal tahun 2017 yang sebagai intervensi pasar terbesar sejak era mekanisme pasar sepenuhnya di sektor energi selama hampir 30 tahun.

Menurut May kebijakan itu akan memangkas sekitar US$1,19 miliar dari nilai kedua perusahaan penyedia energi yang terdaftar di bursa Inggris, yaitu Centrica dan SSE.

“Saya telah memastikan bahwa pasar energi kita yang rusak harus berubah. Energi harus memberikan harga yang lebih adil bagi jutaan pelanggan yang telah membayar ratusan pound lebih mahal,” kata May seperti dilansir dari Reuters, Kamis (12/10).

Pemerintah Inggris akan menerbitkan rancangan undang-undang dalam kurun beberapa hari ke depan sembari menunggu pemeriksaan dari parlemen sebelum masuk proses legislasi. Tetapi belum ada detail soal pembatasan harga energi di Inggris atau batas atas harga sumber energi di negara itu.

Menurut undang-undang tersebut, Badan Pengawas Energi Inggris (Ofgem) bakal memasukkan harga pada tarif variabel standar (SVTs), yang merupakan tarif dasar yang diminta oleh pemasok energi jika pelanggan tidak memilih skema atau rencana tertentu.

Pasar energi di Inggris sendiri didominasi enam perusahaan besar, yaitu British Gas, SSE, Power Scottish, Power, Innogy, EON, dan EDF Energy, yang mencakup sekitar 85% pasar listrik ritel.

Lebih dari 18 juta rekening pelanggan di Inggris saat ini menggunakan tarif variabel standar atau tarif lainnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs