Pemandangan proyek reklamasi Teluk Jakarta, Jakarta, Sabtu (24/12). Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan reklamasi Teluk Jakarta akan tetap dilanjutkan dengan konsep P4 yaitu 'public', 'private','people' dan 'partnership'. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/ama/16

Jakarta, Aktual.com – Reklamasi teluk Jakarta adalah salah satu isu krusial di balik perhelatan Pilkada DKI Jakarta. Namun, isu ini seakan tenggelam dalam ingar bingar Pilkada DKI Jakarta dan Kasus Penistaan Agama.

Pengamat Geopolitik, Hendrajit, mengingatkan masyarakat Jakarta terhadap pelaksanaan Reklamasi Teluk Jakarta yang sejatinya mengancam historis dan kehidupan sosial Jakarta. Penggusuran warga beberapa kampung di Jakarta merupakan sebuah tanda bahwa proyek ini akan dilakukan dengan kondisi apa pun.

“Bukan sekadar mau membangun 17 pulau buatan, melainkan soal upaya menghapus ingatan sejarah, agar generasi muda kita tidak punya narasi sejarah soal geopolitik Jakarta,” ucap Hendrajit kepada Aktual di Jakarta, Selasa (14/2).

Reklamasi Jakarta, lanjut Hendrajit, akan mengubah tatanan geografis wilayah pantai Jakarta. Keberadaan pulau-pulau alami di Kepulauan Seribu akan ditambah 17 pulau buatan di sekitar Teluk Jakarta.

Pengamat asal Global Future Institut (GFI) ini juga menyebutkan bahwa reklamasi akan mengubah tata letak daerah sekitar pantai, termasuk pelabuhan-pelabuhan yang ada di Jakarta. Sehingga pada akhirnya reklamasi tidak hanya mengubah kehidupan sosio-ekonomi masyarakat Jakarta, melainkan justru dapat menghilangkan catatan sejarah dan budaya yang terlukis dari wilayah-wilayah yang nantinya akan hilang karena reklamasi.

“Bayangkan, jika epos kepahlawanan Fatahilah dalam menaklukkan Jayakarta dari tangan Portugis, akan hilang dari ingatan generasi muda. Hanya gara-gara ambisi ekonomi segelintir elit politik dan penguasa lokal,” ujar Hendrajit mencontohkan.

Laporan: Wildan

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby