Reklamasi Teluk Jakarta, pintu masuk kuasai Laut Jawa dan Selat Sunda. (ilustrasi/aktual.com)

Mengapa Reklamasi begitu penting bagi asing Barat maupun asing Timur? Sasaran sesungguhnya adalah untuk menguasai Laut Jawa.

Sasaran Reklamasi Teluk Jakarta, adalah menguasai apa yang dulu dikenal Pelabuhan Sunda Kelapa. Beberapa sejarawan Eropa memang sempat membantah beberapa studi sebelumnya yang mengatakan Pelabuhan Sunda Kelapa atau Calapa sebagai pelabuhan terbesar di Jawa Barat.

Memang benar, pelabuhan terbesar Jawa Barat pada abad ke-16 adalah Pelabuhan Banten. Sebuah daerah yang awalnya dikuasai Kerajaan Padjajaran, namun setelah Padjajaran melemah, Sunan Gunung Jati dan putranya Hasanudin, berhasil merebut Banten Girang, atas arahan dari Kerajaan Islam Demak.

Namun dalam penglihatan geo-strategi sebagai bagian integral dari wawasan geopolitik, untuk memblokade Pelabuhan Banten, maka asing Barat maupun asing Timur harus menguasai Pelabuhan Sunda Kelapa.

Begitu menguasai Pelabuhan Sunda Kelapa, dan mematahkan perlawanan Banten, maka asing pada haekatknya berhasil mengasai Laut Jawa dan Selat Sunda sekaligus. Sebab Banten, merupakan daerah yang membatasi Laut Jawa dan Selat Sunda.

Cara pandang dan pola pikir inilah yang sama sekali diabaikan oleh para pemimpin pemerintahan baik nasional maupun daerah, sengaja atau tidak tidak sengaja.

Sehingga benarlah ungkapan yang sering kita sampaikan, bahwa dangkalnya wawasan geopolitik, menjadi pintu masukg kepentingan asing menjarah kedaulatan nasional kita.

Sebalikya, Gubernur Jenderal Belanda Jan Peterzon Coen inilah yang justru menggunakan cara pandang ini, untuk menguasai geopolitik maritim nusantara. Ambil alih Banten, melalui Pelabuhan Sunda Kelapa, untuk menguasai Banten, yang merupakan daerah penyangga/buffer zone dari Laut Jawa dan Selat Sunda. Belanda berhasil melakukan itu pada 1619.

Sejak itu maka praktis Tanah Jawa berhasil dikuasai Belanda melalui keunggulanya di matra laut. Apalagi Banten, selain merupakan daerah penyangga Laut Jawa dan Selat Sunda, Banten juga terhubung melalui kegiatan perdagangan internasional dengan negara-negara Semenanjung Malaka.

Di sinilah kebodohan geopoiitik para pemimpin naional kita di pusat dan daerah. Betapa bangsa-bangsa asing baik asing Barat maupun asing Timur, sama sama memahami bahwa mata-rantai antara Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan Banten, punya nilai strategis untuk menguasai Geopolitik Maritim Indonesia.

Dengan menguasai Laut Jawa dan Selat Sunda melalui Banten sebagai daerah penyangga sejak 1619 dan semakin solid melalui kerjasama antara VOC Belanda dan Banten sejak 1645, maka Belanda kemudian memperluas jangkauan kekuasaannya ke Kerajaam Mataram di Jawa Tengah.

Adapun keberhasilan Belanda menguasai jalur perdagangan internasional yang selama ini dikuasai Banten, ke negara-negara di Semenanjung Malaka, berarti Belanda di jalur luat menguasai Selat Malaka, yang merupakan elemen paling strategis dari Luatan Hindia.

Maka itu, di sinilah pentingnya ngaji geopolitik, untuk memahami asal usul/sejarah, tanah air/sosial-ekonomi dan sosial-budaya, maupun cita-cita bersama/ideologi dari masing-mnasing daerah di bumi nusantara,

Kalau tidak, ya inilah akibatnya sekarang. Memandang Reklamasi Teluk Jakarta hanya sekadar peluang ekonomi-bisnis dan proyek. Sehingga tak tahu apa bahayanya proyek macam ini bagi kedaulatan nasional sebuah negara.

Hendrajit, Redaktur Senior Aktual.