Jakarta, Aktual.com — Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah SAW berlindung dari empat perkara yakni, “ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, doa yang tidak didengar, dan jiwa yang tidak kenyang.” (Diriwayatkan oleh An-Nasa’i VIII/254 no.5442, dan Ahmad III/283 no.14055).

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم : « كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْ أَرْبَعٍ , مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ , وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ , وَدُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ ,وَنَفْسٍ لَا تَشْبَعُ

Beberapa hikmah kehidupan yang terkandung di dalam Hadis ini:

1. Di dalam Hadits ini terdapat petunjuk bahwa Nabi Muhammad SAW banyak berlindung kepada Allah dari empat keburukan, padahal beliau adalah hamba Allah yang paling bertakwa dan telah mendapat jaminan dari Allah SWT berupa pengampunan terhadap dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang.

Maka kita sebagai umatnya yang menginginkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat agar semakin semangat dalam memperbanyak bacaan doa tersebut.

2. Anjuran kepada umat Islam agar senantiasa berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dari empat perkara yang disebutkan di dalam Hadis tersebut.

3. Empat perkara yang sering diucapkan oleh Rasulullah SAW di dalam doa beliau agar Allah SWT melindungi diri beliau dari keburukan-keburukannya, adalah sebagai berikut:

Pertama, ilmu yang tidak bermanfaat. Yang dimaksud ilmu yang tidak bermanfaat ialah ilmu yang tidak mendatangkan manfaat bagi pemiliknya di dunia dan akhirat. Akan tetapi justru ilmu tersebut menjadi bencana dan penyebab kesengsaraan dan kebinasaannya.

Dengan sebab ilmu tersebut dia menjadi orang yang tersesat di dunia dari jalan Allah yang lurus, dan di akhirat menyebabkan dirinya disiksa oleh Allah di alam kubur maupun di dalam api Neraka. Nau’udzu billah min dzalik.

Beberapa ilmu yang tidak bermanfaat bagi pemiliknya adalah sebagai berikut:

A. Ilmu Sihir. mempelajari, mengajarkan dan mempraktekkan ilmu ini hukumnya haram, dan bahkan merupakan kekufuran. Allah ta’ala berfirman:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman AS (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman AS itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia…”. (QS. Al Baqarah 102)

B. Ilmu Kalam dan Ilmu Filsafat. Ilmu ini termasuk ilmu yang tidak bermanfaat karena banyak mudharatnya. Bahkan, dapat menjerumuskan orang yang mempelajarinya ke dalam keragu-raguan terhadap suatu kebenaran, kebingungan

Ilmu ini termasuk ilmu yang tidak bermanfaat karena banyak mudharatnya. Bahkan, dapat menjerumuskan orang yang mempelajarinya ke dalam keragu-raguan terhadap suatu kebenaran, kebingungan dan kesesatan.

Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Tidak akan beruntung selama-lamanya ahli ilmu kalam”.

Imam Syafi’i menegaskan: “Hukuman yang saya tetapkan bagi para ahli ilmu kalam adalah mereka diarak mengelilingi Kabilah-kabilah dan dikatakan kepada mereka, ‘ini balasan bagi orang meninggalkan Al Quran dan As Sunnah serta menyibukkan diri dengan ilmu Kalam’.”

Imam Malik mengatakan: “Seandainya ilmu Kalam termasuk kategori ilmu (yang disyariatkan) maka tentu para sahabat yang lebih dahulu membahasnya, akan tetapi ilmu Kalam adalah sebuah kebatilan dan mengajak pada kebatilan”.

C. Termasuk ilmu yang tidak bermanfaat. Yakni, ilmu syar’i yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah namun pemiliknya tidak mengambil manfaat darinya; tidak diamalkan, tidak diajarkan dan tidak merubah perangai dan akhlaknya. Bahkan, akidah, ibadah dan muamalahnya bertentangan dengan ilmu syar’i yang dimilikinya itu.

Seorang Ulama tabi’in yang bernama Hasan Al-Bashri pernah mengatakan: “Ilmu itu ada dua macam: ilmu yang ada dalam hati, itulah ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang hanya ada pada lisan yang merupakan alasan bagi Allah SWT untuk menyiksa seorang hamba”.

Kedua: Hati yang tidak khusyu’. Hati yang tidak khusyu’ adalah hati yang tidak mampu menghayati dan merenungkan ayat-ayat Allah SWT dan tidak merasakan ketenangan di dalam hatinya pada saat berzikir kepada Allah SWT, serta tidak merasa takut kepada-Nya.

Allah ta’ala berfirman dalam beberapa ayat Al Quran tentang ciri-ciri orang yang beriman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’ad : 28)

Di dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada Rabblah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfaal : 2)

Ketiga: Doa yang tidak didengarkan oleh Allah SWT. Jika kita berdoa kepada Allah SWT dengan meminta segala hajat dunia dan akhirat, dan ternyata Allah tidak mendengar doa dan permohonan kita, apalagi mengabulkannya, maka ini termasuk musibah dan kerugian yang paling besar yang menimpa kita. sebab kita semua adalah hamba-hamba-Nya yang sangat fakir di hadapan-Nya.

Doa atau permohonan seorang hamba tidak didengar oleh Allah SWT disebabkan beberapa hal, seperti

a. Tidak ikhlas dalam berdoa.

b. Doa untuk perbuatan dosa dan memotong tali silaturahmi.

c. Tergesa-gesa agar Allah SWT segera mengabulkan doanya.

d. Memperoleh harta dengan cara yang haram, serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram.

e. Meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar.

Keempat: Jiwa yang tidak kenyang. Maksudnya yaitu, jiwa yang tidak pernah merasa qona’ah (puas dan cukup) dan tidak bersyukur atas segala nikmat duniawi yang Allah SWT anugerahkan kepadanya. Adapun tidak pernah merasa puas terhadap kenikmatan ukhrawi dan ingin agar selalu ditambahkan kepadanya, maka hal tersebut tidak tercela, bahkan sangat terpuji dan diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah SWT:

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“…dan katakanlah: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan (yang bermanfaat, pent).” (QS. Thaha : 114)

Demikian beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik dari hadits ini. Semoga menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat, dan mudah-mudahan Allah ta’ala melindungi kita semua dari empat keburukan ini dan keburukan-keburukan lainnya di dunia dan akhirat. Amiin. (Dari berbagai sumber)

Artikel ini ditulis oleh: