Gunung Agung berselimutkan bintang di Pos Pamantau Gunung Agung, di Desa Rendang, Senin (2/10) dinihari. Berdasarkan pantauan PVMBG, jumlah kegempaan yang terjadi terekam lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya, kemungkinan batal meletus sangat kecil. Tapi, bisa saja Gunung Agung melanjutkan tidur panjangnya usai erupsi pada tahun 1963 alias membeku. AKTUAL/Tino Oktaviano

Karangasem, Aktual.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meneliti abu vulkanik yang disemburkan oleh Gunung Agung pada letusan freatik Selasa lalu, 21 November 2017 pukul17.05 WITA.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika mengaku telah mengambil sampel abu yang terpapar di beberapa titik perkebunan warga.‎

“Belum diuji, sampelnya baru diambil,” jelas Suantika, di Bali, Kamis (23/11).

Menurutnya butuh waktu sekitar satu bulan untuk mendapatkan hasil penelitian abu vulkanik tersebut.‎

“Laboratoriumnya di Yogyakarta, sudah kita kirim ke sana. Butuh waktu satu bulan untuk dapat hasilnya,” katanya.

Menurut dia, penelitian abu vulkanik Gunung Agung itu amat penting, utamanya untuk mengetahui apakah abu itu berasal dari batuan samping atau material magma dari perut gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut.

“Abu itu bisa berasal dari dua lokasi yakni batuan samping yang saat letusan freatik disemburkan ke luar atau juga dari magma itu sendiri,” jelas dia.

“Untuk abu vulkanik yang disemburkan Gunung Agung waktu letusan freatik kemarin itu kami menduga berasal dari batuan samping, karena kan itu letusannya di permukaan,” tambah Suantika.

Sementara itu, Suantika memastikan abu vulkanik yang dikeluarkan oleh Gunung Agung pada letusan freatik Selasa lalu masih amat tipis.
“Letusan freatiknya baru sekali.‎ Kalau sudah berkali-kalibaru tebal abunya. Ada gunung api yang mengalami letusan featik baru letusan  magmatik. Tapi ada juga letusan freatik hingga berbulan-bulan baru magmatik,” tuturnya.

(Reporter: Bobby Andalan)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka