Sejumlah pengungsi perempuan Gunung Agung melakukan aktivitas membuat anyaman bambu di Posko pengungsian Sidemen, Karangasem, Bali, Rabu (4/10/2017). Dalam sehari mereka mampu menyelesaikan lima keranjang dan dijual setiap keranjang dihargai lima ribu rupiah. Dengan tetap berkreatifitas, akan membawa dampak positif baik dari sisi psikologis yang dapat membangkitkan semangat dan menghilangkan rasa cemas para pengungsi dari dampak bencana yang mungkin terjadi. AKTUAL/Tino Oktaviano

Karangasem, Aktual.com – Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani ‎memaparkan jika Gunung Agung terus mengalami deformasi atau penggembungan di bagian puncak sebesar 6 centimeter.. Dari hal itu teramati jika magma sudah berada di bagian atas gunung.

‎”Dari perhitungan kami, analisis kami, sudah berada di jarak 4 kilometer di tubuhnya yang tadinya jauh berada di bawah. Itu berdasarkan analisis GPS tadi sudah semakin naik. Ditunjukkan oleh adanya up-lifting, juga gempa-gempa yang terjadi,” papar Kasbani, Minggu (22/10).‎

Sementara itu, dari data geo-kimia ditunjukkan jika belum ada gas mgmatik berbahaya yang dikeluarkan oleh Gunung Agung. ‎Setidaknya hal itu yang terekam pada penelitian pengukuran kadar gas dari jarak 12 kilometer dan 9 kilometer dari puncak kawah gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut.

“Kami sudah melakukan penelitian mengenai aktivitas magmatik yang ada di situ. ‎Kita melakukan pengukuran di jarak aman 12 kilometer sampai 9 kilometer, tidak ada data-data kimia yang kita dapatkan. Artinya itu masih belum signifikan,” tuturnya.

Penelitian dari jarak yang lebih ‎dekat juga belum ditemukan adanya gas beracun yang tertangkap. “Kami juga melakukan penelitian dengan jarak yang lebih dekat di Pasar Agung ya, tentu dengan pengawasan ketat dari kami, ternyata di sana belum ada gas-gas yang berbahaya,” ujarnya.

Belum keluarnya gas berbahaya meski aktivitas tetap tinggi mengindikasikan jika Gunung Agung bertipe tertutup.‎ “Ini mengindikasikan jika gunung ini tipenya sistem tertutup. Masih tertutup di atas. Meskipun ada celah-celah yang terbuka di atas yang ditunjukkan oleh data satelit, data dari drone yang mengindikasikan di kawah telah berkembang dibuktikan adanya rekahan, lubang-lubang dan lainnya, tapi gas belum keluar. SO2 itu juga tidak terlalu kelihatan ya,” demikian Kasbani.‎

 

Pewarta : Bobby Andalan

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs