Pemandangan sawah Subak Lepang  dengan latar belakang Gunung Agung di Desa Rendang, Kalrangasem, Bali (2/10). Akibat gempuran pariwisata dan perkembangan jaman, menimbulkan dampak alih fungsi lahan khususnya disektor pertanian yang merembet ke Subak atau sistem pengairan ciri khas sistem irigasi di Bali. Sistem Subak di Bali tidak hanya sebagai warisan budaya yang terdaftar sebagai badan warisan dunia Unesco sejak tahun 2012 sehingga hal ini tidak saja menjadi tanggung jawab masyarakat Bali untuk menjaga sistem pengairan subak. AKTUAL/Tino Oktaviano

Karangasem, Aktual.com – Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana menjelaskan, jika dilihat dari data-data yang terekam, saat ini magma di tubuh Gunung Agung belum berhasil mencari jalan untuk keluar.

“Saat ini magma masih belum cukup kuat untuk menembus jalur ke permukaan. Masih ada lapisan penahan di atas yang masih lebih kuat dari kekuatan magma saat ini. Saat ini magma dan lapisan penutup sedang berperang, adu kuat,” kata Devy, Senin (23/10).

Atas hal itu, secara teoritis ada tiga kemungkinan yang bakal terjadi pada Gunung Agung. Pertama, kata Devy, ‎jika masih ada suplai baru dan cukup banyak, maka magma akan re-energized atau kembali memiliki energi untuk bergerak naik. “Jika ini yang terjadi, maka potensi letusan dalam waktu yang lebih dekat dapat terjadi,” tutur Devy.

Kemungkinan kedua yakni, jika masih ada suplai baru tetapi belum banyak, maka magma akan mengakibatkan gempa, namun sedikit demi sedikit saja. “Jika ini yang terjadi, maka potensi letusan dalam waktu dekat masih kecil, namun potensi letusan dalam waktu yang lebih lama dari sekarang masih ada,” papar dia.

Kemungkinan ketiga, Devy melanjutkan, yakni‎ jika suplai baru tidak ada, maka proses degassing magma (keluarnya gas ke permukaan) akan membuat magma kehilangan mobilitasnya. “Lama-lama akan mengalami kristalisasi dan ketika itu yang terjadi, ancaman letusan baru bisa dikatakan berkurang,” ujarnya.

‎Saat ini, Devy menyebut terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Agung berdasarkan tiga kemungkinan tadi. “Kita lihat prosentasenya mana yang paling memungkinkan. Berdasarkan itulah status dan rekomendasi akan dibuat,” tutup Devy.

 

Laporan Bobby Andalan, Bali

Artikel ini ditulis oleh: