Ribuan mahasiswa dari berbagai Universitas yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia melakukan aksi long march menuju Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (20/10/2017). Dalam aksinya para mahasiswa menagih janji Jokowi dan segera dilaksanakan sidang rakyat untuk Jokowi - JK. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Hasil survei Median mengunkapkan jika 46,37 persen responden menginginkan ada pergantian presiden lewat Pilpres 2019. Sebanyak 45 persen ingin Joko Widodo lanjut menjadi presiden. Median membeberkan alasan di balik angka itu.

Direktur Riset Median Sudarto menyebut Joko Widodo lemah di beberapa sektor, sehingga angka itu muncul. Pembangunan infrastruktur yang terus digalakkan Jokowi disebut tak mampu mengobati derita ekonomi rakyat.

“Infrastruktur yang dibangun Jokowi tidak mampu mengobati penderitaan masyarakat riil di lapangan terkait kondisi ekonomi,” ujar Sudarto dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/4).

Sudarto menyebut Jokowi harus mengevaluasi diri jika bercermin pada hasil survei itu. Meski demikian, Sudarto menyebut sampai saat ini belum ada lawan yang tangguh untuk Jokowi.

Dijelaskan Sudarto, dari 46,37 persen responden yang menyatakan ingin ada pergantian presiden, mereka belum menyebut nama tertentu. Semuanya masih memilih acak calon pemimpin mereka.

“Ketika kami tanya siapa presiden yang akan Anda pilih gantikan Jokowi, jawaban masyarakat masih terserak ke 26 nama,” ucapnya.

Fenomena itu, disebut Sudarto, juga harus menjadi bahan evaluasi bagi kubu yang ingin mengganti Jokowi. Sudarto mengatakan oposisi harus punya sosok sentral agar angka itu bisa diraih di Pilpres 2019.

“Ini PR krusial oposisi, ada yang katakan Prabowo 20,6 persen. Ada Gatot 7 persen, JK 4 persen. Kalau koalisi mampu hadirkan capres-cawapres dan bisa diterima 46 persen tadi, saya pikir pasti masyarakat langsung milih yang diusung koalisi,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan