Buruh mengangkut garam sisa produksi tahun 2015 di lahan garam desa Bunder, Pademawu, Pamekasan, Jatim, Senin (14/3). Petani garam di Madura berharap Pemerintah menepati janjinya untuk meninjau ulang Permendag No. 125 Thn 2015 tentang ketentuan impor garam yang sempat dipersoalkan oleh petani garam di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Saiful Bahri/nz/15

Probolinggo, Aktual.com – Produksi garam petani di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur menurun sejak pertengahan September 2017. Hal itu dikarenakan sejumlah peralihan musim , yang pada akhirnya membuat proses kristalisasi garam tersendat dan tidak maksimal.

“Memasuki peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan ditandai dengan turunnya hujan di beberapa wilayah di Kabupaten Probolinggo berdampak pada penurunan produksi garam,” kata Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) Kabupaten Probolinggo Buhar di Probolinggo, Selasa (26/9).

“Produksinya kurang maksimal akibat turun hujan. Kalau dulu produksi garam mencapai 8 ton per hektare, namun kini maksimal sekitar 6 ton per hektare,” ucap petani garam asal Kecamatan Gending itu.

Dia mengatakan hujan yang mengguyur Probolinggo setiap sore sejak tiga hari lalu berdampak signifikan terhadap produksi garam petani yang menurun, namun hal tersebut berdampak pada naiknya harga garam krosok di tingkat petani.

“Harga jual garam di tingkat petani merangkak naik dan sejak sebulan lalu banyak petani yang menyimpan garam di gudang karena harganya anjlok, sehingga stok garam di pasaran kembali normal dan harga jual di tingkat petani semakin naik,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Wisnu