Jakarta, Aktual.com – Potensi cadangan minyak dan gas bumi (migas) yang berada di laut dalam atau bawah laut masih cukup tinggi. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dengan teknologi tinggi untuk menggarapnya.

Namun sayangnya, masih belum banyak perusahaan yang bisa mengeksplor itu atau dengan kata lain jasa seismik. Padahal pemerintah Indonesia sendiri berharap bukan perusahaan asing yang mengambil peluang itu.

“Saat ini, masih ada peluang yang luar biasa untuk mengembangkan seismik laut Indonesia. Mengingat, masih banyak cadangan migas nasional di laut dalam yang dapat digarap secara optimal,” jelas Direktur Keuangan PT Elnusa Tbk (ELSA), Budi Rahardjo, di Jakarta, Jumat (25/11).

Kondisi itu, menurut dia, sejalan dengan program pemerintah Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) untuk memprioritaskan kapasitas nasional.

“Apalagi memang hanya sedikit perusahaan nasional yang memiliki kompetensi di bidang jasa seismik laut dan hanya segelintir kapal seismik berbendera Indonesia yang berkarya di laut Indonesia,” cetus dia.

Untuk itu, tahun depan Elnusa telah siap untuk melakukan pekerjaan seismik di beberapa daerah. Antara lain, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan.

Menurutnya, jasa seismik laut yang dalam beberapa tahun ke belakang tidak aktif, kini sudah siap kembali beroperasi setelah perseroan melakukan investasi di kapal seismik ELSA Regent. Ini salah satunya proyek seismik2D di laut Jawa.

“Jadi jasa seismik darat tahun ini memiliki performa yang baik dengan tumbuh sebesar 8% dari proyek 3D seismik di Jawa Barat yang sudah hampir rampung dikerjakan,” ujarnya.

Sepanjang 2016 ini, hingga akhir Kuartal III-2016, perseroan susah mengantongi keseluruhan nilai kontrak jasa hulu migas sebesar US$ 388 juta yang digarap hingga beberapa tahun mendatang.

Dari nilai tersebut, kontrak baru yang diperoleh pada tahun ini sebesar US$ 77 juta dengan kontrak jasa operation maintenance menjadi kontributor utama sebesar 57% dari total kontrak baru tersebut.

“Namun memang, di tengah masih belum pulihnya aktivitas migas karena rendahnya harga minyak dunia memang berdampak pada berkurangnya pekerjaan di jasa hulu migas terutama jasa drilling dan juga wireline logging,” jelas Budi.

Dia menambahkan, selain bisnis yang sudah ada, perseroan juga di tahun ini mulai menjajaki peluang bisnis seperti pengembangan bisnis monetisasi flare gas atau gas suar bakar.

“Nanti kita akan proses flare gas menjadi listrik menggunakan gas engine generator set berbahan bakar flare gas. Ini akan dapat menurunkan gas emisi,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka