Romo Sandyawan Sumardi. (ilustrasi/aktual.com)
Romo Sandyawan Sumardi. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Bukit Duri itu kan kecil banget sebenarnya. Tapi sudah beberapa hari terakhir ini polisi, dan intel-intelnya yang berkeliaran sampai subuh di Bukit Duri, sudah tingkat Polda Metro Jaya.

Lha wong ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak muda biasa sederhana saja, kok sampai diawasi begitu rupa. Kayak main drama saja. Ini namanya bukan “rumah kaca”, tapi “kampung kaca”.

Para aparat kelurahan, kecamatan, walikota, gubernur, para polisi, intel, para “cepu”, begitu napsunya pengen ngintip berjamaah terhadap gerak-gerik kelompok warga yang terpaksa menggugat ini.

Sampai-sampai kampung Bukit Duri sekarang seperti ditelanjangi pakai mekanisme pengepungan, perayuan, penekanan, teror, adu-domba, SP1, SP2, SP3…

Dan sebagian warga yang tidak tahan pun, pelan-pelan mulai “kena”, mulai “streaptease”, mulai mencopoti genting, papan, bambu, merobohkan rumahnya sendiri..Telanjang.

Selanjutnya terpaksa menyerah diboyong ke rumah susun super mewah sewa Rawa Bebek. Para warga yang menolak tunduk tetap bertahan, kendati setiap hari, makin hari, di tengah hujan serasa hidupnya diinteli terus.

Ngontrak rumah suaka bareng saja berulang didatangi ditakut-takuti lurah, camat, koramil, polisi. Ah, saya baru sadar, rupanya seksi juga para warga Bukit Duri penggugat ini..!

Penulis: Ignatius Sandyawan Sumardi

Aktivis Sanggar Ciliwung Merdeka di Bukit Duri

Artikel ini ditulis oleh: