al Jazera
al Jazera

Jakarta, Aktual.com – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan akan berupaya menutup kantor-kantor Aljazeera, media Qatar, di Jerusalem dan menuduh televisi berita itu menghasut kekerasan baru-baru ini di kota tersebut.

Jerusalem mengalami salah satu periode yang paling menegangkan dalam beberapa tahun terakhir saat warga Palestina memprotes peningkatan tindakan pengamanan Israel di dekat kawasan yang dikenal umat Muslim sebagai al-Haram asy-Syarif dan oleh kaum Yahudi sebagai Bukit Rumah Suci, salah satu situs tersuci di kota ini, dan kejadian tersebut telah dilaporkan secara luas, termasuk oleh al-Jazeera.

“Jaringan Aljazeera terus memicu kekerasan di sekitar Bukit Rumah Suci,” Netanyahu menulis di halaman Facebook-nya dalam bahasa Ibrani dilansir Kamis (27/7).

Jaringan media yang berbasis di Qatar itu tidak segera tersedia untuk dimintai komentar. Lonjakan ketegangan dan kematian tiga orang Israel dan empat orang Palestina dalam kekerasan pada Jumat dan Sabtu menimbulkan kekhawatiran internasional.

“Saya telah beberapa kali berbicara dengan aparat penegak hukum yang menuntut untuk menutup kantor al-Jazeera di Jerusalem. Jika ini tidak terjadi karena penafsiran hukum, saya akan memberlakukan undang-undang yang diperlukan untuk mengusir Aljazeera dari Israel,” kata pemimpin Israel itu dalam pernyataannya.

Aljazeera juga menghadapi kecaman pemerintah di negara tetangganya Mesir pada tahun 2014, negara Arab itu memenjarakan tiga staf Aljazeera selama tujuh tahun dan menutup kantor-kantor jaringan. Dua staf telah dibebaskan namun yang ketiga tetap dipenjara.

Sebelumnya Liga Arab memperingatkan Israel “bermain dengan api” atas “garis merah” Jerusalem.

Israel mengirim pasukan tambahan ke Tepi Barat yang diduduki pada pekan lalu setelah kekerasan meletus atas pemasangan pemindai logam Israel pada titik masuk ke kawasan yang dikenal umat Muslim sebagai al-Haram asy-Syarif dan oleh kaum Yahudi sebagai Bukit Rumah Suci.

Ketegangan seringkali meningkat di sekitar kawasan tersebut, yang di dalamnya berdiri Masjid al Aqsa dan Kubah Batu Emas. Gesekan terjadi sejak Israel merebut dan mencaplok Kota Tua, termasuk kawasan suci itu, dalam perang Timur Tengah 1967.

Gelombang serangan jalanan oleh warga Palestina yang dimulai pada 2015 telah berkurang, Namun belum berhenti. Sedikitnya 255 warga Palestina dan satu warga Jordania tewas sejak kekerasan dimulai.

Israel mengatakan bahwa setidaknya 173 dari mereka yang tewas, merupakan pelaku tindakan penyerangan, sementara lainnya tewas dalam bentrokan dan unjuk rasa Israel merebut wilayah Jerusalem Timur, tempat Kota Tua dan kawasan suci berada, setelah perang Timur Tengah 1967 dan menganggap seluruh Jerusalem sebagai ibukotanya, sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.

Warga Palestina menginginkan Jerusalem Timur sebagai ibukota negara mereka, sebuah negara merdeka yang wilayahnya mencakup Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Israel menuduh pemimpin Palestina menghasut warganya untuk melakukan kekerasan, namun pihak berwenang Palestina mengatakan bahwa keputusasaan warga Palestina selama pendudukan Israel adalah pendorong utama kekerasan terjadi..

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka