Medan, Aktual.com – Pusat Kajian dan Perlindungan Anak menemukan fenomena orang terdekat justru terjebak sebagai orang yang sering melakukan tindak kekerasan terhadap anak.

Direktur Eksekutif Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Keumala Dewi, mengatakan fenomena itu ditemukan berdasarkan hasil penelitian di Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang.

Baru-baru ini, kata Keumala, PKPA melakukan penelitian dengan mewawancari 1.100 anak di Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang yang terdiri 528 orang laki-laki dan 572 orang perempuan.

Dari wawancara langsung terhadap anak-anak tersebut, diketahui berbagai perilaku kekerasan masih sangat sering terjadi.

Kekerasan terhadap fisik, seperti dipukul, dicubit, dan penganiayan lain. Sedangkan kekerasan psikis yang dialami adalah dimarahi, dibully dan diejek.

PKPA juga menemukan anak yang menjadi korban kekerasan seksual seperti pelecehan seksual yang dilakukan orang tertentu.

Namun fenomena menarik dari penelitian tersebut, kekerasan terhadap anak itu justru dilakukan oleh orang-orang yag memiliki kedekatan dengan korba.

“Penelitian ini menjelaskan bahwa pelaku kekerasan terhadap anak umumnya adalah orang-orang di sekitar anak, seperti teman, ibu, ayah, guru, dan abangnya, ujar Keumala Dewi di Medan, Rabu (4/4).

Misran Lubis, Koordinator Penelitian PKPA mengatakan, penelitian itu dilakukan melalui kerja sama dengan Komite Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (KPATBM), Forum Anak Kelurahan Deli Tua, Forum Anak Kelurahan Aur dan Forum Anak Desa Kolam, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, atas dukungan Asian Community Trust (ACT) Japan.

Penelitian tersebut merupakan bagian dari upaya PKPA untuk membuka ruang partisipasi bagi anak agar lebih memahami situasi anak di lingkungannya.

Dalam penelitian tersebut, pihaknya memiliki responden yang terdiri dari 320 anak bersekolah di tingkat SD, 465 anak tingkat SMP, dan 315 pelajar SMA sederajat.

Meski cukup banyak anak yang dijadikan responden, tetapi pihaknya menilai fenomena tersebut masih sangat awal dan sebatas data dasar.

“Masih diperlukan kajian lebih mendalam, lebih terstruktur dan akademis untuk mendapatkan data dan informasi lebih akurat,” katanya.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: