Warga mencoblos pada Pilkada DKI Jakarta Putaran kedua di TPS 20 Kolong Tol Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (19/4/2017). TPS 20 memiliki 611 Daftar Pemilih Tetap (Tetap). Pilkada putaran kedua diikuti oleh 2 pasang calon yaitu Ahok-Djarot dan Anies-Sandi. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio, mengatakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang berlangsung panas, harus menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia dalam bernegara dan berpolitik.

“Apa yang terjadi kemarin itu sudah sangat berbahaya. Masyarakat terpecah dan terkotak-kotak yang bisa menimbulkan ekses yang sangat besar, yaitu terancamnya NKRI,” kata Hendri di Jakarta, Rabu (26/4).

Apalagi, menurut dia, masih banyak kelompok radikal yang terus berupaya melakukan propaganda dengan tujuan meruntuhkan NKRI. Kondisi yang terjadi pada Pilkada Jakarta menguntungkan kelompok semacam ini.

“Memang ada kelompok radikal yang terindikasi menunggangi Pilkada kemarin, meski sulit diukur seberapa besar pengaruh kelompok radikal tersebut,” katanya.

Menurut dia, yang terbaik saat ini adalah seluruh pihak harus bisa kembali bersatu dan tidak terkotak-kotak lagi. Terlebih, Pilkada Jakarta tidak hanya membuat ibu kota bergejolak, tapi juga membuat seluruh Indonesia “panas”.

“Tidak hanya terjadi ‘perang’ antarpartai politik pengusung pasangan calon, tapi juga terjadi intrik dan benturan antarkelompok dan agama yang dipicu pernyataan salah satu calon yang dinilai telah melecehkan ayat suci Al-Quran,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh: