Jakarta, Aktual.com – Meskipun Ketua Umum DPP PDIP Trimedya Panjaitan masih optimis pasangan Ahok-Djarot  bakal mendapat dukungan dari partai-partai koalisi pengusung pasangan AHY-Sylvi, namun ada satu kenyataan lapangan saat ini yang sepertinya diabaikan oleh kader PDIP yang sering disapa kawan-kawan dekatnya, Trimed.

Apalagi kalau dasar optimismenya adalah karena selama ini PKB-PPP-PAN merupakan partai-partai pendukung pemerintah.  “”Partai pendukung pemerintah bisa bersatu padu memenangkan Ahok-Djarot,” kata Trimedya dalam acara diskusi bertajuk ‘Cinema Politik Pilkada DKI, di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (18/2).

Namun ada yang menarik dari pernyataan Trime, bahwa PAN bisa dirayu untuk mendukung Ahok-Djarot melalui pengaruh dari Partai Demokrat, PKB dan PPP. Apalagi pada kenyataannya PDIP banyak bekerjasasama dengan PAN di beberapa daerah pemilihan pada pemilukada. Seperti misalnya di Tapanuli Tengah.

Namun optimisme Trimed baru sebagian dari cerita. Kenyataannya sejak reformasi pasca Pemilu 1999, penentu akhir sebuah kesepakatan politik bukan ditentukan oleh para pengurus DPP masing-masing partai.

Dalam halnya PDIP, kata akhir dan akhir kata adalah Megawati yang meski dirinya adalah Ketua Umum PDIP, namun pada tataran lain, dia merupakan entitas politik tersendiri dan punya jaringan politik di luar lingkup partai banteng yang juga bekerja. Dan pada tahapan ini, Trimed belum tentu bisa mengakses apa yang sedang jadi arah kebijakan Megawati.

Maka itu, isyarat sesungguhnya justru tergambar melalui pernyataan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan beberapa waktu lalu. Sebelumnya Zulkifli Hasan senpat  menegaskan belum ada sikap resmi PAN untuk mendukung pasangan calon lain dalam pemungutan suara putaran kedua Pilkada Jakarta nanti.

Dikatakan Zulkifli, semua pimpinan partai koalisi belum bertemu dan berbicara setelah Agus-Sylvi diperkirakan tak melaju pada putaran kedua Pilkada Jakarta, berdasarkan hasil penghitungan cepat sejumlah lembaga survei.

Pernyataan Zulkifli Lubis tersebut memberi isyarat penting kepada publik. Bahwa belum bertemunya para pimpinan koalisi, berarti Kartel Politik masih memberi arahan yang cukup jelas.

Kalau yang dimaksud Zulkifli para pimpinan partai koalisi pendukung AHY-Sylvi, berarti PPP-PKB-PAN-Demokrat. Kalau bicara PAN, berarti pemain kunci adalah Amien Rais, yang masih jadi godfather PAN. PPP hingga kini penentu dari balik layar adalah Hamzah Haz, dan PKB adalah Ibu Lily Wahid meskipun di permukaan adalah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Sedangkan Demokrat barang tentu adalah SBY yang mantan presiden RI ke-6.

Apakah keputusan Kartel politik arah angin bakal mengarah ke duet Anies-Sandi? Dalam konteks ini, kita perlu buka kembali tumpukan berita lama.

Sejak 2004-20014 Kartel Politik bertumpu pada Demokrat-PAN-Golkar-PKB-PPP-PKS. Kelima partai tersebut terikat dalam satu aliansi strategis di bawah arahan Ginandjar Kartasasmita, mantan Menteri Pertambangan dan Energi era pemerintahan Suharto.

Namun saat ini, dengan beralihnya kepemimpinan Golkar dari Ade Komaruddin ke tangan Setya Novanto, mata-rantai Kartel Politik Ginandjar tersebut justru terputus dengan Golkar.

Kartel Politik tersebut mulai terbangun sejak era reformasi pasca Pemilu 1999. Nuklius politik atau kelompok inti yang menghubungkan partai-partai besar masih kompak. DI PDIP pimpinan Megawati, Kartel Politik memasang Arifin Panigoro dan Pramono Anung. Golkar, Fahmi Idris dan Mazuki Darusman menjadi pemain-pemain kunci atas arahan dari Ginandjar. PPP, jaringan Kartel bertumpu pada Hamzah Haz. Adapun PAN bertumpu pada Amien Rais dan Hatta Rajasa sebagai pemain-pemain kuncinya.

Mereka mereka inilah sejatinya para penentu belakang layar Pilgub DKI Jakarta putaran kedua.

Sayangnya, sejak SBY mengundurkan diri dari kabinet pemerintahan Megawati dan kemudian mencalonkan diri sebagai presiden melalui Partai Demokrat, maka mata-rantai yang mempertautkan antara Megawati dan SBY dalam satu Kartel Tunggal, terputus sudah. Sejak era pemerintahan SBY 2004-2009, SBY bertumpu pada koalisi Demokrat-Golkar-PAN-PPP-PKS. Adapun PDIP berada di luar lingkup koalisi tersebut. Meskipun mata-rantai dari Kartel Politik yang ada di PDIP yaitu Pramono Anung, masih tetap setia berkiprah di lingkup PDIP dan tetap menjadi salah satu orang kepercayaan Megawati hingga kini.

Maka itu, salah satu yang berpotensi menjadi pemain penghubung dan aktor kunci dalam kurang dari dua bulan ke depan, Peran Pramono Anung yang saat ini menjabat sebagai sekretaris kabinet pemerintahan Jokowi-JK, menjadi amat menentukan.

(Novrizal Sikumbang/Hendrajit)