M. Chatib Basri

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan era Susilo Bambang Yudhoyono, M. Chatib Basri menyebut dengan pertumbuhan ekonomi yang selama ini tak jauh dari 5 persen telah menjadi beban keuangan negara. Sehingga ke depannya akan mejadi tantangan berat.

“Yang jelas, angka 5 persen itu tidak cukup. Tetapi, banyak pihak yang bilang angka itu sudah baik. Tapi bagi saya itu tidak cukup, karena akan membebani keuangan negara,” kata Chatib di Jakarta, Selasa (21/11).

Dia memperkirakan, pada tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia pun hanya terbatas pada level 5,3 persen. Artinya hal ini masih di bawah dari target pemerintah yang mematok di APBN 2018, sebesar 5,4 persen.

“Pertumbuhan ini juga lebih banyak terbantu oleh pertumbuhan di sektor pertambangan dan perkebunan palm oil. Di sini, perusahaan-perusahaan menaikan capex-nya (belanja modal),” tutur Chatib.

Lebih lanjut dia menyatakan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan atau dalam kecenderungan melambat selama tiga tahun ini lebih dipengaruhi oleh perlambatan tingkat konsumsi rumah tangga. Ini jelas sebagai akibat dari pelemahan daya beli.

“Apakah daya beli masyarakat kita menurun? Iya benar sudah terjadi. Salah satunya karena adanya shifting belanja online. Pengguna aplikasi belanja online paling besar adalah kelas menengah,” dia menegaskan.

Menurut mantan Maneku ini, saat ini dari total penjualan nasional, nilai belanja online hanya sekitar 2-3 persen. “Perkiraan ini sudah mempertimbangkan masyarakat yang bankable sebesar 36 persen, penggunanya adalah usia muda dan hanya kelas menengah ke atas,” imbuh dia.

Dalam APBN 2018, asumsi makro yang dipatok pemerintah adalah, pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sebesar 5,4%, inflasi di angka 3,5%, nilai tukar rupiah sebesar Rp13.400 per dolar Amerika Serikat (AS), dan suku bunga SPN tiga bulan sebesar 5,2%.

 

Pewarta : Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs