Menteri Keuangan Sri Mulyani mendengarkan pertanyaan saat paparan realisasi pelaksanaan APBNP 2016 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (3/1). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 tumbuh lima persen, lebih rendah dari asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 sebesar 5,2 persen. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/foc/17.

Jakarta, Aktual.com – Di tengah laju pertumbuhan ekonomi yang tak terlalu kuat, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap, harga-harga menjelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri nantinya tak melonjak tinggi.

Karena jika harga pangan tak terkontrol akan memicu inflasi tinggi dan pada akhirnya bisa menggerus laju pertumbuhan ekonomi. Di kuartal I-2017, laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen. Meski tak terlalu buruk, tapi potensinya bisa lebih tinggi lagi.

“Jadi pemerintah harus bisa mengupayakan agar lonjakan harga pangan menjelang puasa dan Lebaran itu tidak terjadi begitu besar,” jelas Menkeu, di Jakarta, ditulis Rabu (10/5).

Mestinya, kata dia, lonjakan harga pangan itu bisa diredam. Pasalnya, musim panen itu yang telah memengaruhi laju deflasi 0,02% di Maret 2017 lalu.

“Makanya, pemerintah harus terus memonitor terhadap barang-barang kebutuhan masyarakat tersebut. Koordinasi antar pemerintah harus kuat, agar tidak terjadi kenaikan signifikan pada bulan Ramadan dan Hari Raya nanti. Dengan begitu inflasi tetap bisa dijaga,” papar dia.

Selain mengantisipasi lonjakan barang itu, kata dia, pemerintah terus mengantisipasi laju ekspor-impor. Pasalnya, di kuartal I-2017 itu, komponen pengeluaran lainnya, seperti ekspor mengalami pertumbuhan yang positif 8,04 persen dari kuartal I-2016 lalu atau year on year.

Namun di saat yang sama, impor juga terus bertumbuh, makanya pemerintah harus terus mengantisipasi. Untungnya masih positif, sebesar 5,02% secara yoy.

“Ekspor itu kan sudah kami lihat sejak Desember yang negatif growth-nya mulai netral, hampir nol, bahkan slightly positive,” ujar dia.

Di sisi lain, kata dia, optimisme pemerintah dipicu oleh pertumbuhan kredit perbankan kuartal I-2017 yang tumbuh 9,2%. Serta perusahaan yang masih mengantre untuk melantai di Bursa Efek Indonesia. Hal itu, menurutnya sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh: