Pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan peningkatan kualitas lingkungan. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Pertumbuhan ekonomi di 2017 dipastikan tak akan jauh berbeda dari di tahun ini atau susah untuk mencapai 5,4 persen dari target pemerintah dalam APBN 2018.

Menurut ekonom muda INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara, perekonomian global masih akan berpengaruh besar terhadap kondisi domestik, termasuk perekono.ian nasional.

Kasus Donald Trump terkait klaimnya atas Yerusalem menjadi ibukota Israel telah memicu konflik besar di dunia, kemudian kasus Korea Utara dengan nuklirnya, masalah di Arab Saudi, dan masalah sosio-politik dunia akan memicu ekonomi global tak stabil dan eksesnya ke ekonomi Indonesia.

“Untuk itu, pemerintah harus fokus untuk menggenjot sumber-sumber ekonomi di dalam negeri. Seperti konsumsi rumah tangga harus terus dogenjot di tengah pelemaham daya beli yamg masoh terjadi,” kata Bhima, di Jakarta, Minggu (10/12).

Dia menegaskan, sejauh ini segmen konsumsi rumah tangga masih 56 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sektor lain seperti ekspor memang mulai naik, namun masih tergantung dari harga-harga komoditas yang mulai membaik.

Namum demikian, kata dia, mulai rebound-nya harga komoditas seperti minyak dunia juga menjadi ancaman di dalam negeri. Sehingga besar kemungkinan akan terjadi penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.

“Masalah kebijakan di Saudi dan kasus Trump saat ini sudah membuat minyak dunia tembus ke USD 62 per barrel. Sementara pemerintah sendiri hanya menargetkan di APBN sebesar USD 48 persen,” ujar Bhima.

Kondisi itu, kata dia, tentu akan menjadi risiko APBN, sementara tahun depan sudah masuk tahun politik.

“Ini akan menjadi kuat-kuatan. Pertamina pasti ingin harga BBM bisa naik, sementara pemerintah pasti akan menolak kenaikan harga BBM dan memilih ada subsidi karena masuk tahun politik,” ujar Bhima.

Makanya, agar jangan terlalu tergerus akibat dampak dari goncangan ekonomi global, pemerintah diminta bisa optimalkan potensi ekonomi di dalam negeri.

“Ditambah tahun 2018 itu kan banyak pilkada serentak, sehingga investor asing pasti akan lari dan ini bisa terjadi shifting ke investor dalam negeri. Tapi syaratnya harus ada perbaikan kebijakan investasi, agar potensi di dalam negeri tetap terjaga,” kata dia.

(Reporter: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka