Jakarta, Aktual.co — Ketua Komisi VII DPR RI menilai bahwa unit usaha PT Pertamina (Persero) yakni Integrated Supply Chain (ISC) masih belum terbukti menghasilkan efisiensi pasca fungsi pengadaan yang semula diemban Petral dialihkan ke unit usaha yang dipimpin Daniel Purba itu.

“Lah artinya bahwa untuk apa tujuan kita membubarkan itu (Petral)? Kan tujuannya itu supaya biaya pengadaan BBM itu murah, supaya bensin atau BBM yang dijual ke rakyat itu rendah. Itu saja. Sekarang ya jangan dulu ditepuk tanganin dong, karena dibubarkannya itu lalu besok berkat dibubarkannya Petral maka ‎harga BBM turun itu baru kita tepuk tangan,” ujar Kardaya di JCC Senayan, Jakarta, (21/5).

Menurutnya, tolak ukur untuk menilai efektif atau tidaknya upaya membubarkan Petral adalah turunnya harga bahan bakar minyak (BBM).

“Ya ujung-ujungnya bagi rakyat itu, wah itu dibubarin begini, mafia begini, mafia itu kita dari dulu cerita mafia juga kan kita enggak tau. Bagi rakyat itu yang penting, oh iya harga BBM turun berkat itu. Itu jelas dirasakan. Tetapi kalau dengan dibubarkan, nggak ada dampaknya terhadap harga BBM, terhadap biaya pengadaan BBM, jadi buat apa. Artinya kan ada tujuan loh,” ungkap dia.

Klaim Pertamina atas penghematan sebesar USD22 juta berkat pengadaan melalui ISC pun dinilai Kardaya sebagai ungkapan yang tanpa bukti nyata.

“Efisiensi itu artinya kan biayanya lebih murah kan, kalau biayanya lebih murah berarti jualnya lebih murah dong. Sekarang kamu misalnya, ada pengadaan atau beli barang murah, kan jualnya lebih murah. Kalau pengadaannya lebih murah lalu jualnya nggak turun apa-apaan ini,” tegasnya.

“Kita sih masa bodo, yang penting kita itu bahwa itu lebih baik, harga lebih murah, BBM lebih murah. Kalau masalah mafia, kita juga tidak tahu ada mafia atau nggak,” tutup dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka