Pembangunan kilang minyak Pertamina molor. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi VII DPR RI, Eni Maulani Saragih menyayangkan kinerja Direktur PT Pertamina yang baru, Elia Massa Manik kurang begitu progresif, bahkan dalam pembangunan kilang mengalami pengunduran waktu hingga bertahun-tahun.

Harusnya tegas Eni, pengembangan kilang baik melalui peningkatan kapasitas/Refinery Development Master Plan (RDMP) maupun pembangunan kilang baru/grass root refinery (GRR) lebih menjadi perhatian Massa Manik karena hal ini masuk sebagai proyek prioritas nasional.

“Inikan masuk proyek prioritas, tapi sejak Dirut Baru ini (Elia Massa Manik) pengembangan kilang malah banyak yang mundur, bukan setahun tetapi mundur dua hinga tiga tahun,” kata dia kepada Aktual.com, ditulis Senin (22/1).

Keterlambatan pembangunan kilang ini tentunya memberi sumbangsih buruk pada cadangan devisa negara dan nilai rupiah terhadap dolar, mengingat harga crude yang terus menanjak, secara otomatis harga BBM impor untuk mencukupi kebutuhan nasional juga ikut melonjak.

Namun yang lebih dikhwatirkan, jika pemerintah memaksa pemberlakuan kualitas BBM Uro IV sebagaimana Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) No.P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O, mengharuskan kendaran bermesin bensi mulai menerapkan atau menggunakan BBM jenis EURO IV, maka kondisi kilang nasional tidak siap sama sekali.

“Pengembangan kilang belum rampung dan molor, kalau Euro IV atau V dipaksakan, mungkin karena ada kepentingan pihak tertentu, kilang mana yang siap memproduksi BBM kualitas tersebut? Nah kalau begitu berkemungkinan akan impor 100 Persen,” imbuh dia.

“Kalau impor BBM 100 Persen, berarti kita mengalami ketergantungan, dengan ini juga ketahanan energi kita terancam. Maka cita-cita pak Jokowi mengenai kedaulatan energi tidak tercapai,” pungkasnya.

Reporter: Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Eka